Diduga Akibat Program Makan Bergizi Gratis, Cianjur Tetapkan Status KLB Keracunan Massal Siswa
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) menyusul laporan puluhan siswa yang mengalami gejala keracunan. Peristiwa ini diduga terkait dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tengah berjalan.
Sebanyak 65 siswa dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Cianjur dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) PGRI 1 Cianjur dilaporkan mengalami gejala keracunan seperti pusing, mual, muntah, dan diare. Gejala-gejala ini muncul setelah mereka mengonsumsi makanan yang disediakan melalui program MBG.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur, Yusman Faisal, menyatakan bahwa penetapan status KLB ini memungkinkan penanganan kasus keracunan dilakukan secara terpusat dan terkoordinasi. Langkah ini diambil untuk memastikan seluruh korban mendapatkan perawatan yang komprehensif dan penyebab keracunan dapat segera diidentifikasi.
"Dengan status KLB ini, kami dapat mengerahkan sumber daya secara optimal dan memastikan penanganan yang cepat dan efektif bagi para siswa yang terdampak," ujar Yusman.
Tim medis dari Dinkes Cianjur telah diterjunkan ke lapangan untuk melakukan asesmen menyeluruh. Asesmen ini meliputi identifikasi faktor penyebab keracunan, penelusuran pihak-pihak yang terlibat dalam penyediaan makanan MBG, serta pemantauan kondisi kesehatan siswa yang mengonsumsi makanan tersebut.
Selain itu, Dinkes Cianjur juga telah mengambil langkah-langkah berikut:
- Memastikan seluruh pasien keracunan mendapatkan penanganan medis yang komprehensif hingga pulih sepenuhnya.
- Menginstruksikan seluruh puskesmas di wilayah Cianjur untuk melakukan pendataan dan pemantauan terhadap siswa yang mengonsumsi makanan MBG, bekerja sama dengan pihak sekolah.
- Mengirimkan sampel makanan dari dapur MBG dan muntahan korban ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi Jawa Barat untuk pengujian lebih lanjut.
Yusman menambahkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinkes Provinsi Jawa Barat untuk mempercepat proses pengujian sampel makanan. Diharapkan, hasil laboratorium dapat segera diketahui, minimal dalam waktu satu minggu, sehingga penyebab keracunan dapat segera diidentifikasi dan langkah-langkah pencegahan dapat diambil.
"Kami sangat mengharapkan hasil laboratorium dapat keluar secepatnya. Informasi ini sangat penting untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam penanganan kasus ini," kata Yusman.
Lebih lanjut, Yusman menjelaskan bahwa sebagian besar siswa yang mengalami keracunan telah diperbolehkan pulang setelah menjalani observasi selama enam jam di fasilitas kesehatan. Meskipun demikian, Dinkes Cianjur tetap melakukan pemantauan intensif terhadap kondisi kesehatan para siswa tersebut.
Kasus keracunan massal ini menjadi perhatian serius berbagai pihak, terutama karena diduga terkait dengan program MBG yang bertujuan untuk meningkatkan gizi siswa. Pemerintah Kabupaten Cianjur berkomitmen untuk mengusut tuntas kasus ini dan memastikan program MBG berjalan dengan aman dan memberikan manfaat yang optimal bagi siswa.
Kejadian ini menjadi evaluasi penting bagi pelaksanaan program MBG. Pemerintah daerah perlu melakukan peninjauan ulang terhadap standar keamanan dan kualitas makanan yang disediakan, serta meningkatkan pengawasan terhadap proses produksi dan distribusi makanan.