3 Bencana Mengerikan Diprediksi Bakal Terjadi pada 2050, Kawasan Ini Berisiko
19-November-24, 13:43Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) melaporkan data baru yang menunjukkan bahwa peristiwa cuaca ekstrem bisa memicu bencana global besar dalam dekade mendatang. WEF menyebut, ada tiga bencana iklim yang mengintai manusia pada 2050. Apa saja?
Pada Januari 2024 lalu, laporan WEF menunjukkan analisis peristiwa-peristiwa yang disebabkan oleh perubahan iklim. Beberapa di antaranya adalah banjir, gelombang panas, kebakaran hutan, hingga kenaikan permukaan laut.
Analisis dilakukan untuk mengetahui dampak langsung dan tidak langsungnya terhadap kesehatan manusia. Menurut laporan, diperkirakan bahwa pada 2050, krisis iklim dapat menyebabkan tambahan 14,5 juta kematian pada manusia.
Hal itu masih ditambah dengan kerugian ekonomi sebesar $12,5 triliun dan biaya tambahan sebesar $1,1 triliun pada sistem layanan kesehatan di seluruh dunia.
Baca juga: Antisipasi Siklon Tropis 2045-2050, Apakah Waduk di Indonesia Siap?
|
Dampak Buruk yang Bisa Terjadi
Laporan baru ini menunjukkan bahwa dampak kenaikan suhu dan kejadian cuaca ekstrem turut memperburuk penyakit menular dan kardiovaskular serta penyakit pernapasan dan penyakit lainnya.
Dampak tersebut bisa sangat parah terhadap masyarakat yang sudah rentan. Hal ini mencakup perempuan, generasi muda, lansia, dan kelompok berpendapatan rendah, terutama di negara-negara berkembang di Afrika dan Asia Selatan.
Di sini, kesenjangan kesehatan yang ada seperti keterbatasan sumber daya, infrastruktur yang tidak memadai, dan kurangnya peralatan medis akan semakin diperburuk oleh dampak perubahan iklim.
3 Bencana Iklim yang Paling Mengancam Manusia
1. Banjir dan Hujan Ekstrem
Meski kekeringan dan panas ekstrem mengintai akhir-akhir ini, tetapi perubahan iklim juga bisa memicu bencana yang tak kalah mengerikan, yakni banjir.
Laporan WEF menyebut, banjir dapat merenggut nyawa 8,5 juta orang pada 2050. Hal ini disebabkan karena meningkatnya suhu laut, jumlah air yang menguap meningkat, dan es di kutub mencair lebih cepat.
Dalam hal ini, wilayah pesisir sangat rentan terhadap risiko banjir seiring naiknya permukaan air laut dan banjir rob kini 10 kali lebih sering dibandingkan 50 tahun lalu.
Proyeksi global menunjukkan bahwa wilayah khatulistiwa ini akan terkena dampak paling parah akibat kenaikan tingkat banjir pada 2050:
- Amerika Selatan
- Afrika Tengah
- Asia Tenggara wilayah pesisir
2. Kekeringan
Tak bisa dihindari, kekeringan yang saat ini menjadi bencana dan krisis global juga masih mengintai pada masa mendatang. Diprediksi, bahwa pada 2050, kekeringan parah bisa menyebabkan 3,2 juta kematian.
Kekeringan ini tidak hanya terjadi di wilayah seperti Afrika, tetapi juga di Amerika Serikat (AS). Hampir 40% penduduk daratan AS dan hampir seperlima penduduk Eropa menghadapi kekeringan.
Kekeringan ini bisa mematikan karena menyebabkan peningkatan konsentrasi debu, yang dapat menyebabkan peningkatan penyakit pernapasan. Pada saat yang sama, hal-hal tersebut akan berdampak pada ketahanan pangan serta higiene dan sanitasi, yang dapat menyebabkan kekurangan gizi dan mendukung penyebaran penyakit menular.
Daerah yang berisiko tinggi mengalami kekeringan di masa depan adalah:
- Amerika bagian barat
- Amerika Selatan bagian barat daya
- Wilayah Mediterania
- Afrika bagian barat daya.
3. Gelombang Panas
Seperti yang diketahui, suhu global terus memecahkan rekornya. Terbaru, pada Juni 2024, suhu rata-rata global telah mencapai titik tertinggi sejak masa pra-industri.
Gelombang panas yang terjadi ini merupakan kondisi saat periode suhu dan kelembapan ekstrem terjadi berkepanjangan. Kondisi tersebut menyebabkan banyak masalah kesehatan, termasuk kelelahan akibat panas dan ketidakseimbangan elektrolit.
Beberapa dari dampak ini dapat mengancam jiwa, terutama pada orang-orang yang rentan, karena tekanan tambahan pada tubuh dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke.
Kelompok masyarakat miskin adalah kelompok yang paling terkena dampaknya, misalnya karena terbatasnya akses terhadap air bersih dan AC.
Pada 2050, gelombang panas diperkirakan menyebabkan hampir 1,6 juta kematian. Sebagian besar, itu terjadi di wilayah dengan risiko tertinggi seperti:
- AS
- Amerika Tengah
- Afrika bagian selatan dan barat
- Timur Tengah
- India
- Asia Tenggara
- Australia bagian utara
Wilayah-wilayah tersebut berpotensi mengalami peningkatan paparan panas sebesar 12 hingga 38 kali lipat, dengan meningkatnya urbanisasi sebagai faktor utama yang berkontribusi.
Penyebabnya, tak lain karena bangunan kota, jalan, trotoar, dan fasilitas lainnya menyerap panas dan kemudian mengeluarkannya kembali dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan dengan alam.