Diduga Jadi Mata-mata untuk Iran, Pasangan Israel Ditangkap
19-November-24, 10:33Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Rafael dan Lala Goliev, pasangan Israel ini ditangkap polisi Israel pada Kamis (31/10/2024) atas dugaan mata-mata untuk Iran.
Keduanya ditangkap hanya berselang seminggu dua kelompok yang diduga bekerja untuk Iran ditahan.
"Penggagalan upaya Iran untuk merekrut warga Israel terus berlanjut," kata pernyataan dari polisi dan badan keamanan internal Israel, Shin Bet.
Dijelaskan bahwa kedua warga Israel tersebut, yakni pasangan dari kota Lod, terlibat dalam pengumpulan intelijen tentang infrastruktur nasional, lokasi keamanan, dan pelacakan seorang akademisi perempuan.
"Rafael dan Lala, penduduk Lod, ditangkap setelah mereka melakukan tugas atas nama Iran yang merekrut warga Israel dari negara-negara Kaukasus di Israel," terang pernyataan tersebut, dikutip dari AFP.
Polisi menuduh bahwa pasangan itu direkrut oleh Elshan Agayev, seorang warga negara Azerbaijan yang bertindak atas nama pejabat Iran.
Selain itu, polisi juga menuduh bahwa keluarga Lala melakukan pengawasan terhadap lokasi-lokasi sensitif Israel.
Termasuk markas besar badan mata-mata Israel Mossad, dan mengumpulkan informasi intelijen tentang seorang akademisi yang bekerja di Institut Studi Keamanan Nasional di Tel Aviv.
Pada 22 Oktober 2024, polisi Israel mengatakan telah menangkap tujuh warga Palestina dari Yerusalem timur yang dianeksasi Israel yang mereka curigai merencanakan serangan untuk Iran.
Sehari sebelumnya, polisi juga telah menangkap tujuh warga negara Israel dari kota Haifa karena dicurigai melakukan ratusan misi mata-mata atas perintah Iran.
Minggu sebelumnya, dua warga Israel lainnya didakwa dengan berbagai pelanggaran setelah mereka diduga didekati oleh agen-agen Iran dan diminta untuk melakukan misi mata-mata.
Tak hanya itu saja, pada September, seorang warga Israel yang diidentifikasi sebagai Mordechai Maman dari kota pesisir Ashkelon, ditangkap.
Ia ditangkap karena dicurigai direkrut oleh Iran untuk merencanakan pembunuhan pejabat tinggi, termasuk PM Israel Benjamin Netanyahu.