Kiprah Wirausaha Desa Mereguk Manisnya Pasar Wisata
18-November-24, 21:02Oleh: Frangky Selamat & Hetty Karunia Tunjungsari
PADA acara peluncuran virtual Bangga Buatan Indonesia Kemendag pada Rabu (16/9/2020), seperti diwartakan salah satu media nasional, sesuai yang dikompilasi kumpulan berita terkini Menteri Koperasi dan UKM mengemukakan harapannya agar UKM dapat memanfaatkan hasil riset dan SDM unggul untuk pengembangan produk sehingga produk UKM tidak cuma keripik, akik dan batik, tetapi juga produk dengan nilai ekonomi yang lebih besar.
Hasil produksi UKM atau yang diperluas menjadi UMKM, memang banyak berkisar pada produk-produk tersebut. Dengan segala keterbatasannya seperti kemampuan SDM yang minim dan pengelolaan yang tradisional, keberadaan UMKM saat ini sebenarnya sudah cukup lumayan walau belum dapat disebut telah maksimal.
Di balik produk-produk yang tampak seperti tidak bernilai ekonomi besar, keberadaannya telah mewarnai pasar wisata di Indonesia. Pasar wisata yang dimaksud adalah pembeli dari para wisatawan yang mengunjungi berbagai destinasi wisata.
Ukuran pasar wisata
Menyoal ukuran pasar wisata di Indonesia memang patut menjadi perhatian. Jika mengacu pada data BPS, pada tahun 2019 terdapat 16,11 juta wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia, naik 1,88 persen dibandingkan tahun 2018 yang berjumlah 15,81 juta.
Sementara untuk wisatawan domestik diukur berdasarkan jumlah perjalanan yang mencapai 275 juta kali perjalanan, menurun dibandingkan tahun 2018 yang mencapai 303,4 juta kali perjalanan.
Sekalipun demikian, masih jumlah yang cukup besar, bukan? Sebuah peluang pasar untuk menghadirkan berbagai produk untuk para wisatawan lokal dan mancanegara.
Bagaimana dengan tahun 2020 ini?
Walau tahun 2020 belum berakhir, namun data BPS memperlihatkan sejumlah hal yang menarik. Pada semester I (Januari-Juni 2020) jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia mencapai 3,09 juta atau turun 59,96 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang mencapai 7,72 juta wisatawan.
Pada Juni 2020, jumlah kunjungan anjlok 88,82 persen dibandingkan Juni 2019. Jika dibandingkan dengan Mei 2020, turun 2,06 persen.
Jika menyimak data lama kunjungan dan tingkat penghunian kamar (TPK) memang tidak menyenangkan hati. TPK bulan Juni pada hotel berbintang di Indonesia hanya rata-rata 19,7 persen, turun 32,57 persen dibanding Juni 2019 yang sebesar 52,27 persen. Dibanding Mei 2020, memang ada kenaikan 5,25 persen. Rata-rata menginap juga hanya 1,69 hari, turun 0,08 poin dibandingkan Juni 2019.
Walau pandemi menghadirkan “kiamat” kecil dunia pariwisata, jumlah kunjungan yang tersisa 40,04 persen dibandingkan tahun lalu, masih menyiratkan adanya peluang. Juga dari wisatawan domestik yang mulai kembali berwisata ke berbagai destinasi.
Tentunya peluang bagi sejumlah UMKM yang menawarkan berbagai produk yang terutama ditujukan bagi wisatawan sebagai oleh-oleh, seperti versi Menteri Koperasi dan UKM ungkapkan: keripik, batik dan batu akik. Atau produk khas lainnya seperti hasil kerajinan tangan dan makanan khas daerah.
Pembinaan UMKM wisata
Tak dapat dipungkiri, sektor wisata adalah salah satu sektor yang pertama kali terdampak oleh pandemi ini, namun juga bisa menjadi sektor yang akan bangkit pertama kali. Pada kondisi normal sebelum pandemi, sektor wisata juga menjadi motor penggerak perekonomian di berbagai daerah.
Universitas Tarumanagara melalui Pusat Studi Kewirausahaan telah lama menaruh perhatian pada keberadaan UMKM yang memberikan perhatian pada pasar wisata. Sejumlah kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) telah dilakukan dalam rangka pembinaan wirausaha desa untuk menjadi UMKM yang memiliki daya saing.