Vatikan Amankan Kediaman Paus Fransiskus Usai Wafat: Tradisi dan Protokol yang Dijalankan
Dunia berduka atas kepergian Paus Fransiskus, yang wafat pada usia 88 tahun. Setelah pengumuman resmi oleh Vatikan, serangkaian protokol dan tradisi langsung dijalankan sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada pemimpin tertinggi umat Katolik tersebut.
Salah satu langkah pertama dan utama yang dilakukan adalah penyegelan kediaman pribadi Paus Fransiskus. Tindakan ini bukan hanya sekadar formalitas, melainkan memiliki makna simbolis dan praktis. Menurut laporan berbagai sumber, apartemen Paus di Casa Santa Marta, tempat beliau memilih tinggal daripada kemewahan Istana Apostolik, telah disegel dengan pita merah. Pita tersebut dipasang melintang di gagang pintu dan diamankan dengan lilin panas, sehingga setiap upaya untuk membuka pintu secara paksa akan merusak segel tersebut.
Tradisi penyegelan ini bukan hal baru di Vatikan. Prosedur serupa juga dilakukan saat Paus Benediktus XVI mengundurkan diri pada tahun 2013. Saat itu, pintu apartemennya disegel oleh para kardinal dengan selotip yang kemudian distempel oleh Camerlengo, Bendahara resmi Gereja Katolik Roma.
Tujuan utama penyegelan ini adalah untuk mengamankan barang-barang pribadi Paus dan mencegah potensi tindakan pencurian atau penyalahgunaan. Hal ini merupakan langkah preventif yang penting, mengingat posisi Paus sebagai figur publik dan pemimpin spiritual bagi jutaan umat di seluruh dunia.
Selain penyegelan apartemen di Casa Santa Marta, Vatikan juga dilaporkan telah menyegel pintu-pintu Istana Apostolik. Meskipun Paus Fransiskus memilih untuk tidak tinggal di sana, Istana Apostolik tetap merupakan bagian penting dari kompleks Vatikan dan memiliki nilai sejarah serta simbolis yang tinggi.
Keputusan Paus Fransiskus untuk tinggal di suite sederhana dengan dua kamar di Casa Santa Marta mencerminkan gaya hidupnya yang bersahaja dan dekat dengan rakyat. Beliau menolak apartemen mewah di lantai atas Istana Kepausan yang memiliki fasilitas lengkap dan pemandangan indah kota Roma. Meskipun demikian, Paus tetap menggunakan perpustakaan kepausan untuk menerima tamu resmi dan menyampaikan pidato kepada umat setiap hari Minggu.
Setelah prosesi penyegelan, Vatikan akan melanjutkan dengan rangkaian upacara pemakaman yang biasanya berlangsung selama 4 hingga 6 hari. Jenazah Paus akan disemayamkan di Basilika Santo Petrus, di mana umat dapat memberikan penghormatan terakhir. Pemakaman akan dilakukan antara hari keempat dan keenam setelah pengumuman kematian, kecuali ada keadaan khusus.
Setelah masa berkabung resmi berakhir, para kardinal akan berkumpul untuk konklaf, sebuah pertemuan rahasia di mana mereka akan memilih Paus baru. Dari sekitar 230 kardinal di seluruh dunia, hanya 120 kardinal yang berusia di bawah 80 tahun yang memenuhi syarat untuk memberikan suara dalam konklaf, sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pada tahun 1975. Proses pemilihan Paus baru ini merupakan momen penting bagi Gereja Katolik dan seluruh dunia.
Kepergian Paus Fransiskus meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik dan masyarakat luas. Warisan kepemimpinan dan nilai-nilai yang beliau perjuangkan akan terus dikenang dan diinspirasi oleh generasi mendatang. Sementara itu, Vatikan terus menjalankan tradisi dan protokol yang telah ditetapkan untuk menghormati mendiang Paus dan mempersiapkan diri untuk memilih penggantinya.