Israel Abaikan AS Cs, Bunuh Komandan Hizbullah-Bawa Neraka ke Lebanon
17-November-24, 19:08Jakarta, Seperti yang dilansir media nasional yang dikutip oleh kumpulan berita terkini - Israel terus menolak seruan global untuk gencatan senjata dengan kelompok Hizbullah, termasuk dari sekutu terbesarnya, Amerika Serikat (AS), sambil melanjutkan serangan udara yang telah menewaskan komandan kelompok militan dan ratusan orang di Lebanon. Situasi ini makin meningkatkan kekhawatiran akan perang regional yang meluas di Timur Tengah.
Pesawat tempur Israel menyerang pinggiran ibu kota Beirut, menewaskan dua orang dan melukai 15 lainnya, termasuk seorang wanita yang kritis. Korban tewas akibat serangan Israel sejak Rabu (25/9/2024) malam dan sepanjang Kamis (26/9/2024) mencapai 28 orang.
Salah satu korban tewas adalah Mohammad Surur, kepala salah satu unit angkatan udara Hizbullah. Surur adalah komandan senior Hizbullah terbaru yang menjadi target dalam serangkaian pembunuhan terhadap tokoh-tokoh terkemuka kelompok tersebut.
Serangan Israel ini juga terjadi di tengah latihan militer di perbatasan Lebanon yang mensimulasikan invasi darat-langkah berikutnya setelah serangan udara yang terus-menerus menghantam wilayah itu.
Komandan Angkatan Udara Israel, Mayor Jenderal Tomer Bar, menyatakan bahwa pasukan udara siap membantu dalam operasi darat jika diperlukan, serta mencegah pengiriman senjata dari Iran.
"Kami mempersiapkan diri bersama Komando Utara untuk manuver darat. Jika diberi perintah, kami siap," katanya kepada pasukan dalam video yang didistribusikan oleh militer Israel, dilansir Reuters.
Di tengah serangan udara yang tak henti-hentinya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang berada di Amerika Serikat untuk berbicara di Sidang Umum PBB, menegaskan bahwa militer Israel akan terus menyerang Hizbullah dengan "kekuatan penuh dan tidak akan berhenti sampai semua tujuan tercapai, terutama mengembalikan warga utara ke rumah mereka dengan aman."
Namun, harapan untuk penyelesaian cepat meredup setelah Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, yang pemerintahannya termasuk elemen Hizbullah, sempat menyatakan harapan untuk gencatan senjata. Ratusan ribu orang telah meninggalkan rumah mereka akibat pengeboman terberat Israel terhadap Lebanon sejak perang besar pada 2006.
Hizbullah, yang dibentuk oleh Garda Revolusi Iran pada tahun 1982 untuk melawan invasi Israel ke Lebanon, telah berkembang menjadi proxy paling kuat Iran di Timur Tengah. Selama lebih dari setahun terakhir, Hizbullah telah melancarkan serangan lintas batas dalam solidaritas dengan kelompok militan Palestina, Hamas, yang juga didukung oleh Iran, yang berperang melawan Israel di Gaza.
Desakan Washington
Di Washington, pemerintahan Presiden Joe Biden terus mendesak gencatan senjata selama 21 hari di perbatasan Israel-Lebanon. Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, memperingatkan risiko perang habis-habisan di Timur Tengah, tetapi tetap menegaskan bahwa solusi diplomatik masih mungkin dilakukan.
"Saya ingin memperjelas bahwa Israel dan Lebanon dapat memilih jalan yang berbeda, meskipun situasinya semakin memburuk, solusi diplomatik masih dapat diupayakan," kata Austin.
Serangan Israel yang makin intensif sejak Senin telah menyebabkan lebih dari 600 orang tewas di Lebanon. Hizbullah pun telah menembakkan ratusan roket ke sasaran di Israel, termasuk pusat komersial Tel Aviv, meskipun sistem pertahanan udara Israel berhasil membatasi kerusakan yang ditimbulkan.
Pasukan udara Israel juga menyerang infrastruktur di perbatasan Lebanon-Suriah pada Kamis, dengan tujuan menghentikan pengiriman senjata dari Suriah ke Hizbullah di Lebanon. Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, sebagian besar korban tewas pada Kamis adalah warga Suriah yang terbunuh di kota Younine di Lembah Bekaa.
Adapun Lebanon adalah rumah bagi sekitar 1,5 juta pengungsi Suriah yang melarikan diri dari perang saudara di negara mereka.
Hizbullah, dalam pernyataannya, mengklaim telah menyerang kota Kiryat Shmona di Israel utara dan pangkalan komando militer Israel di wilayah utara, serta menggunakan senjata pertahanan udara untuk memaksa mundur dua pesawat tempur Israel.
Di Beirut, ribuan warga Lebanon mencari perlindungan di sekolah-sekolah. Organisasi bantuan mendistribusikan pakaian, makanan, dan memeriksa obat-obatan yang diperlukan oleh orang tua yang melarikan diri terlalu cepat hingga tidak sempat membawa resep medis mereka.
Sementara itu, negara-negara tetangga mulai khawatir akan keselamatan warganya di Lebanon. Turki sedang mempersiapkan kemungkinan evakuasi warga negara mereka dan warga asing dari Lebanon, menurut sumber dari Kementerian Pertahanan Turki.
Israel memprioritaskan pengamanan perbatasan utaranya dan memungkinkan kembalinya sekitar 70.000 penduduk yang terlantar akibat pertempuran lintas batas hampir setiap hari sejak tahun lalu, yang dimulai oleh Hizbullah sebagai bentuk solidaritas dengan Hamas di Gaza.
Israel Siapkan Serangan Balik untuk Hizbullah Setelah Insiden di Golan