Upah Riil Jepang Turun Lagi, Apa yang Terjadi?
17-November-24, 13:36
Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Jepang menghadapi tantangan serius dalam menjaga daya beli masyarakatnya. Ini ditunjukkan dari upah riil yang terus merosot selama 23 bulan berturut-turut.
Sebagai informasi, upah riil menggambarkan daya beli dari pendapatan alias upah yang diterima pekerja. Upah riil dihitung dari besarnya upah nominal dibagi inflasi.
Meskipun terjadi kenaikan upah nominal, yang tercermin dalam angka statistik, kenyataannya daya beli uang dalam pembelian barang dan jasa sehari-hari terus menurun karena inflasi yang tinggi.
Dikutip dari CNBC, Senin (8/4/2024), pada bulan Februari 2024, data dari Kementerian Tenaga Kerja Jepang menunjukkan penurunan upah riil sebesar 1,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sementara inflasi terus merangkak naik.
Ini menunjukkan ketimpangan yang signifikan antara pertumbuhan upah dan kenaikan harga-harga barang.
Perlu dicatat bahwa kenaikan upah yang baru-baru ini terjadi di Jepang, bahkan yang terbesar dalam 33 tahun terakhir, belum merata.
Sebagian besar keuntungan dari kenaikan upah tersebut terakumulasi pada sektor pekerjaan tertentu, terutama di perusahaan besar yang biasanya memiliki karyawan yang tergabung dalam serikat pekerja.
Namun, sebagian besar pekerja di Jepang, terutama yang bekerja di perusahaan kecil dan menengah, belum merasakan dampak positif dari kenaikan upah tersebut. Inilah yang mengakibatkan terus menurunnya daya beli rata-rata masyarakat Jepang.
Penurunan daya beli ini memiliki konsekuensi serius terhadap perekonomian Jepang secara keseluruhan.