Pertemuan OECD, Menko Airlangga Soroti Aksi Solusi Krisis Finansial hingga Iklim
17-November-24, 03:36
JAKARTA - Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengikuti beberapa sesi utama Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) OECD yang diselenggarakan pada 2-3 Mei 2024 di Paris, Prancis. Menko Airlangga sampaikan bahwa diperlukan aksi berbasis solusi bagi disrupsi global, mulai dari perubahan iklim, krisis finansial, konflik geopolitik, hingga kesenjangan dalam pemanfaatan teknologi, demikian dikutip dalam keterangan tertulis, Minggu (4/5/2024).
PTM OECD tahun ini mengangkat tema “Co-Creating the Flow of Change: Leading Global Discussions with Objective and Reliable Approaches towards Sustainable and Inclusive Growth”. OECD tekankan pentingnya kerja sama dalam penyusunan kebijakan yang efektif dengan landasan praktik terbaik berbasis bukti dan dialog multilateral.
Indonesia ingin menjadi negara maju dan berpendapatan per kapita tinggi pada 2045. Oleh karena itu, diperlukan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dengan senantiasa adaptif terhadap perkembangan global yang terjadi.
Indonesia memiliki peluang dan tantangan pada saat bersamaan.
Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, mempunyai 50 juta generasi milenial, dan menjadi negara kepulauan dengan lebih dari 17 ribu pulau, Indonesia harus mewujudkan pertumbuhan yang lebih berkualitas dan meningkatkan laju pertumbuhan menjadi 6%-7% dalam 20 tahun ke depan.
Untuk mencapai hal tersebut, Indonesia fokus pada 3 strategi yakni pertama, revitalisasi mesin pertumbuhan konvensional. Kedua, mendorong mesin ekonomi baru dan industri yang sedang berkembang. Dan, ketiga, memperkuat ketahanan dan pemberdayaan sosial.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut memungkinkan masyarakat menikmati standar hidup dan kesejahteraan yang lebih tinggi.
Pada aspek lain, OECD memandang penting pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 dan Perjanjian Paris. OECD memberikan perhatian terkait masih tingginya kesenjangan pembiayaan untuk pencapaian target-target yang ada, khususnya bagi negara berkembang. Sejalan dengan itu, kesenjangan juga terjadi di kawasan Asia Tenggara.
Menko Airlangga sampaikan pentingnya memperkecil kesenjangan pembangunan di antara negara ASEAN. Hal ini krusial untuk menciptakan stabilitas dan membuka potensi ASEAN sebagai kekuatan ekonomi global. Perkembangan pesat terhadap teknologi informasi menciptakan peluang dan tantangan yang signifikan Didapuk sebagai pembicara utama dalam Sesi “Solution-Oriented Approaches to Emerging Challenges”, Menko Airlangga sampaikan capaian penting dalam Keketuaan ASEAN Indonesia 2023 di bidang ekonomi digital.
Peluncuran sistem pembayaran lintas negara di kawasan Asia Tenggara dan disepakatinya ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA) menjadi capaian yang perlu menjadi perhatian OECD. Implementasi pembayaran lintas negara telah menjangkau lebih dari 47 juta pengguna hanya dalam waktu satu tahun.