Inflasi Kian Menyusut, BI Akan Turunkan Suku Bunga?
17-November-24, 03:22Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Tingkat inflasi tahunan nasional terus menyusut, bahkan telah meninggalkan level 5 persen. Data teranyar Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan, inflasi April sebesar 4,33 persen secara tahunan (year on year/yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 4,97 persen.
Dengan tren penurunan inflasi, sejumlah pihak mempertanyakan arah kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI). Pasalnya, tingkat inflasi merupakan salah satu pertimbangan utama bank sentral dalam menentukan tingkat suku bunga acuan.
Meskipun tingkat inflasi terus menurun, Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan sinyal, pihaknya belum akan melakukan penyesuaian terhadap tingkat suku bunga acuan dalam waktu dekat. Pasalnya, tingkat inflasi saat ini masih berada di atas target BI, yakni di kisaran 3 plus minus 1 persen.
"IHK (indeks harga konsumen) 4,4 persen, 4,4 persen kan masih lebih tinggi dari target, sabar sedikit," ujar dia, dalam konferensi pers KSSK, di Jakarta, Senin (8/5/2023).
Menurutnya, tingkat suku bunga acuan BI saat ini yang sebesar 5,75 persen masih memadai, khususnya untuk mengarahkan inflasi inti terkendali dalam kisaran 3 plus minus 1 persen di sisa tahun 2023 dan inflasi IHK dapat kembali ke dalam sasaran 3 plus minus 1 persen lebih awal dari prakiraan sebelumnya.
"Inflasi IHK akan di turun di bawah 4 persen lebih cepat," katanya.
Kenaikan suku bunga The Fed sudah diperhitungkan
Tingkat suku bunga acuan BI saat ini juga sudah memperhitungkan faktor eksternal, khususnya terkait tingkat suku bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
Perry menyebutkan, tingkat suku bunga acuan The Fed yang saat ini mencapai level tertinggi dalam kisaran 16 tahun, yakni sebesar 5-5,25 persen, sudah sesuai dengan prediksi BI. Selain itu, kenaikan suku bunga acuan The Fed pada awal April lalu diproyeksi menjadi yang terakhir.
"Fed fund rate sesuai prediksi Bank Indonesia dengan kenaikan terakhir 5,25 persen," ujarnya.
Dengan tingkat suku bunga acuan The Fed yang sudah mencapai puncaknya, Perry meyakini, nilai tukar rupiah akan kian menguat ke depan. Nilai tukar rupiah disebut akan bergerak sesuai dengan fundamentalnya, seiring menurunnya volatilitas pasar keuangan.
"Nilai fundamentalnya mendukung penguatan rupiah, inflasi lebih rendah, pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, imbal hasil menarik, inflow terus masuk, cadangan devisa tinggi, itu semua faktor-faktor fundamental penguatan," ucapnya.