Era Pesawat Raksasa Belum Berakhir: 11 Maskapai Dunia Tetap Andalkan Double Decker
Pesawat Double Decker: Antara Nostalgia, Kemewahan, dan Efisiensi
Di tengah era penerbangan yang semakin menekankan efisiensi bahan bakar, pesawat berbadan lebar dengan dua tingkat seperti Boeing 747 dan Airbus A380, seolah menjadi anomali. Namun, kedua raksasa udara ini masih memiliki tempat istimewa di hati para pelaku industri dan penumpang, serta tetap beroperasi di sejumlah maskapai penerbangan terkemuka di dunia.
Pesawat double decker ini menawarkan pengalaman terbang yang unik dan mewah. Kabin yang luas, fasilitas eksklusif seperti lounge, bar, bahkan kamar mandi mewah di beberapa maskapai, menjadi daya tarik tersendiri bagi penumpang yang mencari kenyamanan dan prestise. Tak heran, permintaan untuk penerbangan premium dengan pesawat-pesawat ini masih tinggi.
Mengapa Pesawat Double Decker Masih Bertahan?
Beberapa faktor menjadi alasan mengapa pesawat double decker belum sepenuhnya ditinggalkan:
- Permintaan Pasar Premium: Segmen pasar yang rela membayar lebih untuk kenyamanan dan pengalaman eksklusif tetap ada dan menjadi ceruk yang menguntungkan bagi maskapai.
- Penundaan Pengiriman Pesawat Baru: Kendala rantai pasokan global dan penundaan produksi pesawat generasi baru yang lebih efisien memaksa maskapai untuk tetap mengoperasikan armada yang ada, termasuk Boeing 747 dan Airbus A380.
- Pemulihan Permintaan Penerbangan: Setelah pandemi COVID-19 melanda, permintaan penerbangan global pulih dengan cepat. Pesawat berkapasitas besar seperti A380 dan 747 membantu maskapai memenuhi lonjakan permintaan tersebut.
Tantangan dan Masa Depan Pesawat Double Decker
Meski masih diminati, pesawat double decker menghadapi sejumlah tantangan serius:
- Efisiensi Bahan Bakar: Pesawat-pesawat ini dikenal boros bahan bakar dibandingkan dengan pesawat generasi baru yang lebih ringan dan aerodinamis.
- Biaya Operasional: Biaya perawatan, parkir, dan biaya bandara lainnya untuk pesawat berukuran besar juga lebih tinggi.
- Keputusan Strategis Maskapai: Banyak maskapai yang telah memutuskan untuk mempensiunkan armada A380 dan 747 mereka secara bertahap dan menggantinya dengan pesawat yang lebih efisien.
Beberapa maskapai bahkan berinvestasi untuk memperbarui interior pesawat mereka, dengan kursi baru dan fasilitas yang lebih baik. Perusahaan rintisan Global Airlines mengakuisisi pesawat double decker bekas, dengan rencana untuk menambah armada mereka. Maskapai ini akan menawarkan penerbangan trans-Atlantik mulai tahun ini dengan pesawat A380 yang berusia 16 tahun.
Boeing mengakhiri produksi 747 pada tahun 2022 dan Airbus menghentikan produksi A380 pada tahun 2021. Masa pakai pesawat-pesawat ini bergantung pada apa yang sudah ada di armada maskapai penerbangan.
Masa depan pesawat double decker tampaknya akan semakin terbatas. Namun, mereka akan terus terbang setidaknya untuk beberapa tahun ke depan, terutama di rute-rute padat dan dilayani oleh maskapai yang memiliki komitmen terhadap pasar premium. Boeing 747 terakhir belum memasuki layanan, dua pesawat Boeing 747-8 baru sedang dimodifikasi menjadi pesawat kepresidenan Air Force One Amerika Serikat, dan diperkirakan akan mulai terbang pada 2029. Pesawat-pesawat ini akan tetap menjadi ikon dalam sejarah penerbangan dan simbol kemewahan di angkasa.