Mengunjungi Masjid Jami Al Anwar, Saksi Bisu Perlawanan Penjajahan Belanda
17-November-24, 00:38Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Masjid Jami Al Anwar, yang juga dikenal sebagai Masjid Angke, berdiri di tengah-tengah permukiman warga RT 01 RW 05, Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Luas bangunan masjid ini tidak terlalu besar, hanya sekitar 15 meter kali 15 meter. Jalan menuju masjid ini pun terbilang sempit, hanya sekitar 1,5 meter.
Meski begitu, keunikan arsitektur masjid segera menangkap perhatian warga yang melintas.
Jika masuk dari pintu utama, pengunjung masjid akan disambut pintu yang kaya ragam hias.
Daun pintu Masjid Jami Al Anwar dihiasi kusen berukir, sebuah ukiran juga bertengger di atas pintu. Pintu ini khas arsitektur Jawa.
Pintu yang sama juga dapat ditemukan di sebelah kiri dan kanan bangunan masjid. Sementara, pintu itu disangga oleh beberapa anak tangga, bak bangunan bergaya arsitektur Belanda.
Di samping kiri dan kanan pintu sebuah jendela berteralis terlihat menyambut. Bentuk teralis dan jendela masih khas gaya bangunan kolonial.
Begitu masuk ke dalam bangunan masjid, pengunjung akan disambut empat buah pilar dari kayu jati kokoh menyangga bangunan.
Saksi perlawanan terhadap penjajah
Muhammad Rasyid Makdum, salah satu pengurus Masjid Jami Al Anwar bercerita, masjid tersebut sudah berdiri sejak tahun 1761.
“Zaman dulu tahun 1700-an masih sangat jarang masjid di sekitar sini. Umat yang datang ke masjid ini pun berasal dari banyak daerah di Jakarta hingga Bekasi,” ucapnya dikutip dari TribunJakarta.com.
Dulunya, jelas Rasyid, masjid ini bukanlah bernama Masjid Jami Al Anwar.
Namun seiring banyaknya ulama yang datang untuk menyiarkan agama islam di masjid, maka nama masjid akhirnya menjadi Masjid Jami Al Anwar.
"Al Anwar sendiri lebih kurang baru 100 tahun lalu. Itu ada seorang ulama namanya Al Anwar, itu gurunya KH Marzuki Bin Nirshod. Itu pendekar ulama Rawabangke," jelasnya.
Muhammad Rasyid menyebut masjid ini sebagai tempat ibadah syiar islam sekaligus tempat berkumpul pejuang serta ulama untuk mengatur strategi perang.
"Dulu almarhum H Darik, itu pejuang Betawi ada kepentingan di sini. Para pejuang menyusun strategi di masjid ini demi kemerdekaan," katanya.