Benarkah Sering "Silent Treatment" Tanda Gangguan Mental? Ini Kata Psikolog

Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Perilaku atau sikap silent treatment merupakan bentuk ketidakdewasaan emosional dan menjadi tanda gangguan mental belakangan ramai dibicarakan di media sosial.

Sebagai informasi, silent treatment adalah bentuk perilaku atau sikap ketika seseorang secara sengaja mengabaikan atau tidak berkomunikasi dengan orang lain, sebagai bentuk protes, tidak puas, marah, atau mengontrol situasi tertentu.

Obrolan seputar silent treatment tersebut semula diunggah pemilik akun media sosial X @mari***, Senin (16/9/2024) lalu.

Sepekan atau sampai Senin (23/9/2024), unggahan tersebut dilihat lebih dari 3,8 juta kali, disukai lebih dari 58.000 akun, dan dibagikan lebih dari 12.000 kali.

“Silent treatment bukanlah cara yang sehat untuk menangani masalah. ini menunjukkan ketidakdewasaan emosional dan mungkin menjadi tanda adanya gangguan mental,” tulis pengunggah.

“Lebih baik belajar berkomunikasi secara sehat dan menghadapi konflik secara langsung daripada menggunakan diam sebagai senjata,” lanjut pengunggah.

Lantas, benarkah silent treatment tanda gangguan mental, seperti yang ramai dibincangkan di media sosial?

Benarkah silent treatment tanda gangguan mental?

Psikolog klinis sekaligus CEO & Founder Personal Growth, Ratih Ibrahim menjelaskan, perilaku atau sikap silent treatment bukan tanda gangguan mental.

Lebih lanjut Ratih menyampaikan, orang yang sering melakukan silent treatment belum tentu atau bukan orang yang mengalami gangguan kejiwaan karena masih melakukan sikap atau perilaku tersebut secara sadar.

Sementara itu, orang yang memiliki gangguan kejiwaan umumnya tidak memiliki kendali atas dirinya sendiri.

Ratih mengungkapkan, orang yang sering melakukan silent treatment biasanya merujuk kepada bentuk kepribadian tertentu.

“Silent treatment itu dilakukan secara sadar dan bukan termasuk ciri gangguan kejiwaan. Tetapi, hal tersebut dapat merujuk kepada bentuk kepribadian tertentu,” ungkap Ratih kepada salah satu media nasional, sesuai yang dikompilasi kumpulan berita terkini Senin (23/9/2024).

Ratih mengatakan, silent treatment atau ngambek menjadi ciri-ciri seseorang memiliki tipe kepribadian dengan komunikasi pasif-agresif.

Umumnya orang dengan kepribadian seperti ini ingin menyelesaikan masalah dengan berkonflik, tapi dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan mendiamkan orang lain.

Selain itu, silent treatment juga bisa menjadi bentuk dari hal-hal lain, seperti bentuk “penghukuman” dengan alasan yang spesifik.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/09/23/190000465/benarkah-sering-silent-treatment-tanda-gangguan-mental-ini-kata-psikolog