Demi Internet untuk ANBK, Siswa SD Jalan Kaki 2 Jam ke Tengah Hutan
16-November-24, 21:51BORONG, media nasional yang mengungkapkan berita ini, yang kemudian dimuat di kumpulan berita terkini – Sebanyak 10 siswa kelas V Sekolah Dasar Inpres (SDI) Lengko Munda, harus berjalan kaki selama lebih dari dua jam untuk mengikuti gladi bersih Assesment Nasional Berbasis Komputer (ANBK).
Sekolah itu tepatnya berada di Desa Gunung Baru, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Para siswa harus berjalan kaki di tengah hutan Limbong, Selasa (15/10/2024) demi mendapatkan akses internet yang merupakan syarat mutlak ANBK.
Kondisi geografis yang sulit dan minimnya akses internet di sekolah, memaksa mereka berburu sinyal sebelum dapat mengikuti gladi ANBK.
Sejumlah guru pendamping mengarahkan mereka untuk duduk lesehan di kawasan hutan, saat sudah mendapatkan akses dan mulai mengikuti kegiatan tersebut.
Namun toh, pelaksanaan gladi ANBK ini tidak berjalan mulus. Pasalnya, terkadang jaringan internet 4G yang terkoneksi ke laptop hilang, dan siswa harus bersabar menunggu.
Selain itu, masalah lain yang muncul adalah saat baterai laptop yang habis, sehingga mereka harus mengantre untuk menggunakan laptop yang lain.
"Kegiatan gladi bersih ANBK 2024 pada siswa kelas V di SDI Lengko Munda dilakukan di tengah hujan demi mendapatkan jaringan internet 4G," kata Marselus Ambo, salah satu guru pendamping dalam perbincangan melalui telepon.
Marselus lalu berharap Pemerintah dapat memerhatikan kondisi ini agar ke depan para siswa di sekolah ini tidak lagi harus mengikuti ujian di tengah hutan.
"Harapannya, Pemerintah dapat menyediakan jaringan internet dan listrik setara dengan bantuan Chromebook bagi sekolah kami," ujar dia.
Pengawas Sekolah Dasar di Kecamatan Kota Komba, Vantiman Aleng, pun membenarkan adanya masalah koneksi internet yang belum tersedia di SDI Lengko Munda.
Namun, ia menegaskan, keterbatasan jaringan internet 4G tidak menjadi penghalang bagi siswa untuk menjalani simulasi ANBK.
"Agak sulit dipercaya, namun memang kenyataannya bahwa sekolah ini terletak di daerah yang sangat terpencil."
"Hampir tidak ada keluhan yang tersirat dalam raut wajah guru yang mendampingi siswa mereka."
"Dengan semangat juang yang tinggi, mereka menginginkan keberhasilan itu selalu menghampiri," ungkap Aleng.
Sementara itu, mantan Kepala Desa Gunung, Yohanes Kendung, yang memperjuangkan pemekaran Desa Gunung Baru, mengungkapkan keprihatinan terhadap kondisi infrastruktur dasar di desa tersebut.
"Saya berharap Pemerintah memprioritaskan pemerataan pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan raya, jaringan listrik, dan jaringan internet."
"Sebab ada beberapa lembaga pendidikan di Desa Gunung Baru yang membutuhkan jaringan internet dan listrik," kata Kendung.