Cuma 1 Kunci Ini yang Bisa Bikin Produksi Minyak RI Terdongkrak Lagi
16-November-24, 16:31Jakarta, Kumpulan berita terkini mengutip laporan - Praktisi minyak dan gas bumi (migas) Tumbur Parlindungan menilai kepastian hukum menjadi kunci utama dalam menggaet investor migas ke Indonesia. Hal ini pun nantinya akan berdampak pada peningkatan produksi migas nasional.
"Kuncinya satu dari investor, kepastian hukumnya. Jadi kalau mau diubah, diubah secepatnya, ada kepastian hukumnya," ungkapnya dalam Program Energy Corner Sumber yang dilansir kumpulan berita terkini menyebutkan, Selasa (09/01/2024).
"Begitu tanda tangan kontrak dengan Pemerintah Indonesia jangan ada perubahan atau jangan ada peraturan-peraturan baru, investasi itu kan bukan untuk dalam jangka waktu 5 sampai 10 tahun," imbuhnya.
Menurut dia, apabila Indonesia tidak bisa menjaga kesucian kontrak migas, ia khawatir para investor enggan menanamkan investasinya. Terlebih investasi di sektor hulu migas merupakan jangka panjang.
"Jangan di tengah jalan diubah atau ada perubahan harga lagi. Ini yang membuat para investor menjadi ragu-ragu untuk berinvestasi jangan sampai Presiden baru ganti peraturan lagi nanti yang kita tanda tangan ini akan berubah lagi, jadi kepastian hukum itu nomor satu," ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat produksi minyak siap jual atau lifting minyak Indonesia hanya 607 ribu barel per hari (bph) pada 2023. Realisasi tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan sebesar 660 ribu bph.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tak hanya target lifting minyak yang meleset, tapi juga lifting gas yang hanya 964 ribu barrels oil equivalent per day (BOEPD) pada 2023. Angka itu di bawah target sebesar 1,1 juta BOEPD.
"Lifting minyak dan gas semua di bawah asumsi 2023 maupun realisasi 2022. Jadi kalau lihat lifting minyak 607 ribu barel lebih rendah dari asumsi 660 ribu bph dan realisasi 612 ribu bph (sepanjang 2022). Lifting gas 964 ribu BOEPD, lebih rendah dari asumsi 1,1 juta BOEPD," ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita di Gedung Djuanda, Kementerian Keuangan, dikutip Rabu (02/01/2024).
Sementara, Sri Mulyani mengatakan harga minyak mentah dunia tercatat US$ 78,43 per barel pada 2023. Realisasi tersebut lebih rendah dari asumsi pemerintah yang ditetapkan sebesar US$ 90 per barel sepanjang 2023.
"Ini meski OPEC sudah memutus untuk mengurangi produksi, tapi karena lingkungan global melemah dan banyak muncul alternatif renewable tekanan jadi tidak mudah," jelas Sri Mulyani.
(wia) Produksi Minyak RI Masih Melempem, di Bawah 600.000 Barel!