Antisipasi Pasar Menjelang RDG BI: Proyeksi Suku Bunga Acuan dan Dampaknya

Menjelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 22-23 April 2025, pasar finansial menunjukkan sikap antisipatif terhadap potensi perubahan arah kebijakan suku bunga. Dua skenario utama menjadi fokus perhatian para pelaku pasar: mempertahankan suku bunga acuan pada level saat ini, atau justru menaikkannya. Setiap opsi kebijakan moneter tersebut diperkirakan akan membawa konsekuensi yang berbeda bagi kinerja pasar saham.

Ekonom Panin Sekuritas, Felix Darmawan, menyatakan bahwa pasar saat ini berada dalam posisi wait and see. Menurutnya, kemungkinan BI menurunkan suku bunga dalam waktu dekat relatif kecil, mengingat ketidakpastian ekonomi global masih tinggi. Dalam skenario suku bunga yang ditahan, Felix memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak terbatas antara 6.300 hingga 6.600 dalam jangka pendek. Pergerakan IHSG akan sangat bergantung pada perkembangan pasar global dan arus modal asing.

Namun, skenario kenaikan suku bunga acuan menjadi perhatian khusus. Menurut Felix, jika BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga, sektor komoditas dan eksportir diprediksi akan lebih resilien terhadap tekanan pasar. Sebaliknya, sektor konsumsi domestik dan properti diperkirakan akan mengalami tekanan yang lebih besar.

Analis Investasi Infovesta Kapital Advisory, Ekky Topan, berpendapat bahwa BI cenderung akan mempertahankan suku bunga acuan. Keputusan ini dianggap penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Ekky memperingatkan bahwa jika suku bunga dinaikkan, IHSG berpotensi terkoreksi antara 2 hingga 5 persen, bahkan mungkin turun di bawah level 6.000. Kenaikan suku bunga dapat menekan daya beli masyarakat dan pertumbuhan kredit, serta berpotensi memicu aliran modal keluar.

Senada dengan pandangan tersebut, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, juga memperkirakan bahwa suku bunga acuan akan tetap dipertahankan pada level 5,75 persen. Meskipun demikian, Rully menekankan bahwa pasar perlu tetap waspada terhadap dinamika global yang dapat memengaruhi kinerja IHSG. Perkembangan ekonomi global, kebijakan moneter negara lain, dan sentimen investor dapat menjadi faktor penentu arah pasar saham Indonesia.

Berikut adalah beberapa faktor yang perlu diperhatikan investor menjelang RDG BI:

  • Perkembangan Ekonomi Global: Pertumbuhan ekonomi global, inflasi, dan kebijakan moneter negara-negara maju dapat memengaruhi sentimen pasar.
  • Nilai Tukar Rupiah: Stabilitas nilai tukar rupiah merupakan faktor penting yang dipertimbangkan BI dalam menetapkan kebijakan suku bunga.
  • Inflasi Domestik: Tingkat inflasi di Indonesia akan memengaruhi keputusan BI terkait suku bunga.
  • Arus Modal Asing: Aliran modal asing masuk dan keluar dari pasar saham Indonesia dapat memengaruhi kinerja IHSG.

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, investor perlu melakukan analisis yang cermat dan mengambil keputusan investasi yang bijaksana.