Bukti Nyata Pentingnya Kelas Menengah bagi Perekonomian Nasional
16-November-24, 13:01Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Masyarakat kelompok kelas menengah sedang menjadi perhatian berbagai pihak. Hal ini seiring dengan adanya fenomena jutaan kelas menengah yang turun kelas setiap tahunnya.
Padahal, masyarakat kelas menengah memiliki peranan krusial terhadap perekonomian nasional.
Data menunjukan, aktivitas konsumsi rumah tangga nasional utamanya digerakkan oleh kelompok masyarakat kelas menengah dan menuju kelas menengah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kelompok kelas menengah dan menuju kelas menengah masing-masing berkontribusi sekitar 40 persen terhadap total pengeluaran penduduk setiap tahunnya.
Dengan demikian, kedua kelompok ini berkontribusi lebih dari 80 persen terhadap total pengeluaran penduduk.
"Ini yang menjelaskan betapa pentingnya kelas menengah dan aspiring middle class," kata Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers, di Kantor BPS, Jakarta, Jumat (30/8/2024).
"Kenapa penting? Karena besarnya pengeluaran mereka, besaran konsumsi mereka itu sekitar 82 persen total konsumsi masyarakat," sambungnya.
Meskipun demikian, jika dilihat lebih rinci, porsi pengeluaran kelompok menengah terhadap total pengeluaran masyarakat menunjukan tren penurunan setiap tahunnya pada periode 2019-2024.
Tercatat pada 2019, porsi pengeluaran masyarakat mencapai 43,39 persen, pada 2021 menjadi 41,62 persen, pada 2022 menjadi 39,57 persen, pada 2023 menjadi 38,80 persen, dan pada 2024 menjadi 38,48 persen.
Pada saat bersamaan, porsi pengeluaran masyarakat menuju kelas menengah tercatat cenderung meningkat.
Data menunjukan, porsi konsumsi kelompok ini pada 2019 sebesar 40,64 persen, pada 2021 sebesar 41,35 persen, pada 2022 sebesar 42,55 persen, pada 2023 sebesar 42,53 persen, dan pada 2024 sebesar 43,21 persen.
Besarnya porsi konsumsi kelas menengah menjadi bukti nyata argumen yang menyebutkan "pentingnya kelas menengah" bagi perekonomian nasional.
Pasalnya, konsumsi rumah tangga masih menjadi tulang punggung ekonomi, dengan kontribusi lebih dari 50 persen produk domestik bruto (PDB) nasional.
"Kelas menengah memiliki peran yang sangat critical dan krusial sebagai bantalan ekonomi suatu negara. Di saat bantalannya itu tebal, maka ekonomi suatu negara akan relatif tidak rentan terhadap gejolak," tuturnya.
Sebagai informasi, masyarakat kelas menengah selama beberapa tahun terakhir sedang mengalami tekanan. Hal itu terefleksikan dari data jumlah kelas menengah yang kian berkurang pada periode 2019-2024.
Tercatat jumlah penduduk kelas menengah mencapai 57,33 juta jiwa (21,45 persen) pada 2019, 53,83 juta jiwa (19,82 persen) pada 2021, 49,51 juta jiwa (18,06 persen) pada 2022, 48,27 juta jiwa (17,44 persen) pada 2023, dan 47,85 juta jiwa (17,13 persen) pada 2023.
Pada periode yang sama, jumlah masyarakat menuju kelas menengah bertambah setiap tahunnya. Tercatat masyarakat menuju kelas menengah pada 2019 mencapai 128,85 juta jiwa (48,20 persen), 130,82 juta jiwa (48,17 persen) pada 2021, 134,93 juta jiwa (49,21 persen) pada 2022, 136,92 juta jiwa (49,47 persen) pada 2023, dan 137,50 juta jiwa (49,22 persen) pada 2024.