Suka Bercanda Mau Meninggalkan Anak? Ketahui Dampak Buruknya
16-November-24, 12:02Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional – Sebagian orangtua atau pengasuh senang bercana akan meninggalkan anak. Misalnya, ketika hendak pergi atau saat anak makan terlalu lama.
Hal tersebut biasanya dilakukan sekadar iseng, gemas dengan reaksi anak, atau supaya anak mengikuti perintahnya.
Namun, secara psikologis hal ini ternyata bisa membawa dampak negatif terhadap anak.
Menurut Dokter Spesialis Anak Kurniawan Satria Denta, menakut-nakuti anak akan ditinggalkan dapat mengurangi kepercayaannya mereka pada orangtua.
“Menakuti anak dengan ancaman akan ditinggalkan dapat menimbulkan rasa tidak aman dan takut kehilangan, yang dapat memengaruhi rasa kepercayaan mereka terhadap orang tua,” ujar Denta ketika diwawancarai olehsalah satu media informasi. Senin (2/9/2024).
- Bahaya Menakuti Anak dengan Kisah Horor Saat Kecil
- Awas, Sering Menjahili Anak sampai Nangis Bisa Membuatnya Jadi Cengeng
Padahal seharusnya orangtua menjadi sosok yang paling dipercaya, di mana anak bisa bebas berekspresi tanpa merasa takut.
Sehingga, kebiasaan menjahili anak akan meninggalkannya dapat mengganggu perkembangan ikatan emosional yang sehat antara anak dan orangtua.
Pada situasi tersebut, lanjutnya, anak akan sering merasa takut ditinggalkan. Mereka lalu berusaha bersikap seperti yang diinginkan orang lain agar tidak ditinggalkan.
“Menakut-nakuti anak akan ditinggalkan juga membuat anak merasa cemas dan tidak aman dalam hubungan interpersonal di masa depan,” jelas Denta.
Hal serupa diungkapkan oleh Psikolog Anak dan Keluarga Samanta Elsener, bahwa menakuti anak akan ditinggalkan bisa menimbulkan rasa tidak percaya diri atau insecurity pada anak.
Anak rentan merasa diabaikan dan sikap ini bisa terbawa hingga anak tumbuh besar.
“Anak akan merasa orangtua mengabaikan atau menolak anak sehingga hilang rasa percaya anak ke orangtua dan membuat anak merasa insecure hingga dewasa saat ia membangun relasi dengan lawan jenisnya,” ujar Samanta ketika dihubungi terpisah.
Samanta Menjelaskan, hal ini dapat berpengaruh buruk pada hubungan anak di masa depan dan membuatnya rentan terjebak dalam hubungan yang toksik.
Pada situasi tersebut, anak mungkin akan diam saja ketika disakiti atau diperlakukan secara tidak adil karena khawatir ditinggalkan.
”Anak yang diajarkan dengan menakuti akan menjadi anak yang penakut. Alhasil nanti saat makin besar justru enggak berani untuk melakukan berbagai hal dan jadi ragu-ragu dalam mengambil keputusan,” tutup Samanta.