Cerita Korban Bentrok Warga di Madina: Saat Asyik Live FB Bentrokan, Saksikan Motornya Dibakar Massa

Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - "Keretaku itu... Ya Allah... Habis Sudah," ujar Wendy, yang baru sadar sepeda motor kesayangannya habis dibakar massa saat kejadian bentrok warga dengan polisi di Desa Mompang Julu, Panyabungan Utara, Mandailing Natal (Madina), Senin (29/06/2020).

Wendy adalah salah satu korban kejadian bentrok tersebut.

Saat itu, pria berusia 23 Tahun ini, sedang asyik merekam aksi bentrok dengan telepon selulernya dan menayangkannya secara langsung di akun Facebooknya.

Dan tiba-tiba, sekelompok massa mengangkat sepeda motornya. Ia baru sadar, ketika men-zoom kamera selulernya dan melihat jelas, kalau sepeda motor yang diangkat massa adalah miliknya.

Senin (29/006/2020) sekitar pukul 11.00 WIB, Wendy berangkat dari Panyabungan ingin kembali ke Padang Sidempuan. Dan saat melintas di Desa Mompang Julu, Mandailing Natal, dia melihat kumpulan massa di tengah jalan.

"Rupanya jalan sudah ditutup. Tapi saya tetap bertahan, biasanya itu tidak lama dan akan dibuka kembali," kata Wendy saat dihubungi lewat sambungan telepon, Rabu (1/07/2020) siang.

Wendy bertahan sambil melihat proses aksi protes massa tersebut. Iseng-iseng, dia merekamnya dan menayangkannya secara langsung di akun Facebook miliknya.

"Sambil menunggu jalan dibuka, saya sengaja siaran langsung di facebook. Biar banyak orang yang tahu," ujar Wendy.

Wendy menceritakan, meski jalan nasional yang menghubungkan Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat itu sudah diblokade warga, namun situasi masih kondusif.

Tuntutan warga soal pembagian BLT

Warga yang kebanyakan kaum ibu-ibu dan anak-anak itu hanya menuntut agar kepala desa setempat untuk mundur. Karena warga menilai, pembagian Bantuan Tunai Langsung (BLT) untuk yang terdampak Covid-19 dituding menyalahi.

"Saya menyaksikan dari awal aksi hingga terjadi bentrok, dan kejadian itu saya rekam dan siaran langsung di Facebook. Mulanya aman-aman saja," kata Wendy dan menceritakan kejadian itu dari awal hingga sampai terjadi bentrok.

Warga kesal laporan pelanggaran hukum kepala desa tak ditanggapi

Bahkan akibat aksi itu, Kepala Polisi Resor Madina dan Sekda Pemkab Madina sampai turun ke lokasi dan menemui warga. Mereka melakukan mediasi dan membujuk warga agar membuka jalan.

"Namun warga bersikeras, sebelum tuntutan mereka dipenuhi, jalan tidak akan mereka buka," ucap Wendy.

Wendi mengatakan, suasana terasa semakin tidak kondusif ketika warga tidak mendapatkan apa yang mereka aspirasikan.

Padahal, jauh sebelumnya, warga sudah melaporkan tentang adanya pelanggaran hukum yang dilakukan kepala desa kepada polisi dan juga pemerintah setempat.

"Itu dia yang membuat warga kesal. Dan itu disampaikan warga langsung kepada Pak Sekda dan Pak Kapolres. Mereka meminta agar Bupati dan Kepala Desa dihadirkan," ujar Wendy.

Sekitar pukul 17.00 WIB, jalan belum juga dibuka dan ratusan warga masih berkumpul sambil mendirikan tenda dan membakar ban bekas di tengah jalan.

Tiba-tiba, dari arah berlawanan warga melihat satu unit mobil water canon dan sejumlah polisi datang ke arah mereka. Sebagian warga berhamburan, dan sebagian tetap berada di tengah badan jalan. Dan Wendy masih santai sambil terus merekam aksi tersebut.

"Tiba-tiba saja, langsung ada teriakan dan lemparan batu dari arah warga. Mereka bergerak maju ke arah polisi. Jumlahnya tak terhitung, ratusan ada," ungkap Wendy.

Polisi tembakkan gas air mata

Melihat situasi itu, Wendy berlari ke arah samping jalan di sekitaran rumah warga. Amuk massa memuncak saat polisi menyemprotkan air dan menembakkan gas air mata.

"Warga bukan bersembunyi, namun berlari ke arah petugas sambil melempari dengan batu dan alat-alat lainnya. Semuanya laki-laki, yang perempuan masuk dan bersembunyi di dalam rumah," ujar Wendy.

Wendy mengaku, dia sempat diteror warga, dan menyuruhnya untuk segera menjauh. Dia berada di tengah antara kelompok massa dan petugas. Wendy masih terus merekam.

"Saya bersembunyi di samping rumah warga, rupanya lemparan batu tidak datang dari depan saja. Dari samping dan belakang rumah warga juga ada, saya sampai kena," kata Wendy.

Mendapat lemparan batu, Wendy mencari aman. Dia berlari ke arah kelompok petugas. Sepeda motornya yang mulanya diparkir di pinggir jalan, dia geseran ke halaman rumah warga.

"Waktu saya mindahin kereta, ada ibu-ibu yang manggil saya dan menyarankan kereta saya diparkir di dekat rumahnya. Dan saya yakin di situ aman," ucap Wendy.

Setelah memarkirkan sepeda motornya, Wendy kembali ke arah kerumunan polisi. Dia melihat jelas, jumlah massa semakin banyak dan terus bergerak maju. Polisi kewalahan dan memilih mundur.

" Saya yakin mobil water canon polisi itu juga rusak parah, soalnya lemparan batu datang dari arah tak terduga. Polisi juga banyak yang kena," kata Wendy.

Detik-detik motor Wendy dibakar massa

Aksi sempat berhenti sebentar. Petugas sudah mundur. Namun ratusan massa masih berkumpul di tengah badan jalan. Sebagian masih ada yang terus melempari. Jarak massa dan polisi terpisah sekitar 50 meter. Di tengah-tengah ada dua unit mobil.

Wendy menjelaskan, saat itu dia melihat sekelompok warga mengangkat satu unit sepeda motor dan meletakkannya di tengah badan jalan. Dia terus merekam sambil menyuruh netizen untuk mensharenya.

Tiba-tiba, Wendy curiga kalau sepeda motor yang diangkat warga itu mirip dengan sepeda motornya. Dari jarak 50 meter, dia men-zooming kamera video selulernya. Wendy memastikannya lagi.

Sepeda motor Yamaha Xeon yang sudah dimodifikasi mirip dengan sepeda motor trail itu memang miliknya. Wendy terus merekam. Api menyala, dan membakar habis sepeda motornya.

"Bang, kereta ku itu bang.. Ya Allah," ujar Wendy kepada polisi yang saat itu disampingnya.

"Keretaku itu... Ya Allah... Habis sudah," sambungnya dan masih terus melakukan siaran langsung.

Sekitar pukul 19.00 WIB, azan magrib terdengar, situasi mereda, sebagian massa membubarkan diri. Wendy memberanikan diri mendatangi lokasi sepeda motornya yang dibakar.

Takut dan malu

Dia pasrah, sepeda motor kesayangannya yang dibeli dari hasil keringatnya sendiri habis dibakar massa.

"Tidak ada yang tersisa bang, tinggal kerangka saja," ujar Wendy sedih dan memotret puing-puing sepeda motornya.

Wendi menjelaskan, tidak hanya sepeda motornya saja, dua unit mobil juga habis dibakar.

"Pertama kereta saya yang dibakar, baru ada dua mobil. Yang satu katanya punya Pak Wakapolres, dan satu lagi infonya punya tentara," kata Wendy.

Niat Wendy untuk pulang ke Padang Sidempuan terkendala. Selain karena aksi massa, sepeda motornya juga sudah tak ada lagi. Malam itu, Wendy mengaku bertahan di sekitar jembatan di dekat Markas Polisi.

Hingga pagi hari, setelah kondisi aman. Wendy pun pulang dengan menumpang angkutan umum.

"Siaran langsung di FB saya sudah saya hapus, saya takut dan malu juga. Apalagi saat sedang siaran langsung, kereta saya pulak yang dibakar." Ungkap Wendy lirih dan kejadian itu masih terus membekas di pikirannya.

https://regional.kompas.com/read/2020/07/01/18204431/cerita-korban-bentrok-warga-di-madina-saat-asyik-live-fb-bentrokan-saksikan