Duduk 10 Jam Sehari Dikaitkan dengan Risiko Demensia
16-November-24, 01:53Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Anjuran untuk berdiri dan berjalan setiap 20 hingga 30 menit —atau setidaknya sekali dalam satu jam— bukanlah sesuatu yang tidak berdasar. Tubuh manusia tidak dirancang untuk duduk atau berbaring dalam waktu yang lama dan tidak terputus, kecuali saat kita sedang tidur, sakit, atau terluka, tentu saja.
Namun di jaman modern ini kita justru kerap melakukannya, dan kondisi tidak aktif yang berkepanjangan ini dapat berdampak pada banyak aspek kesehatan kita, termasuk kesehatan kognitif.
Risiko gaya hidup sedentary
Diperkirakan separuh orang dewasa di dunia tidak melakukan aktivitas fisik sesuai jumlah yang diperlukan untuk mendapatkan kesehatan yang optimal. Dan makin banyak di antara kita yang sehari-hari tidak banyak bergerak, dan tidak melakukan aktivitas fisik apa pun.
Bayangkan seseorang yang saat bekerja harus duduk hingga lebih 8 jam, lalu sampai di rumah mereka duduk lagi untuk makan, nonton TV, bermain ponsel, dan lainnya. Mungkin dalam sehari, kita duduk lebih dari 10 jam.
Tidak banyak bergerak, seperti duduk atau berbaring dalam waktu lama dan kurang melakukan aktivitas fisik, dikaitkan dengan berbagai dampak kesehatan yang buruk, termasuk peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, dan kanker usus besar.
Kurang gerak juga meningkatkan kemungkinan terjadinya gangguan suasana hati dan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi, serta rasa sakit, nyeri, dan cedera yang berkepanjangan akibat kesehatan otot, sendi, dan tulang yang buruk.
Gaya hidup sedentary meningkatkan risiko demensia
Sebuah studi tahun 2023 yang diterbitkan di JAMA menunjukkan potensi hubungan lain antara terlalu banyak duduk dan kesehatan, dan ini ada hubungannya dengan kesehatan otak seiring bertambahnya usia.
Melihat data masa lalu dari hampir 50.000 peserta Biobank di Inggris yang berusia 60 tahun ke atas, para peneliti menemukan bahwa “di antara orang dewasa yang lebih tua, makin banyak waktu yang dihabiskan untuk perilaku menetap,” alias tidak bergerak, “berhubungan secara signifikan dengan meningkatnya risiko demensia.”
Peserta, yang pada awalnya tidak menderita demensia, memakai akselerometer (perangkat yang memantau pergerakan) di pergelangan tangan mereka untuk menilai perilaku menetap mereka (atau tingkat aktivitas secara keseluruhan). Setelah masa tindak lanjut selama 6 tahun, 414 di antaranya didiagnosis menderita demensia.
Mengingat bahwa hasilnya bersifat korelasional (vs. kausal), para peneliti mencatat bahwa peluang peserta terkena demensia meningkat jika total 10 jam sehari mereka dihabiskan dengan tidak banyak bergerak —atau tidak mengeluarkan energi dan aktif secara fisik.
Semakin lama total waktu yang dihabiskan untuk melakukan perilaku sedentary, semakin tinggi risiko demensia. Jadi mereka yang menghabiskan total 15 jam sehari untuk tidak aktif memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar terkena demensia dibandingkan peserta yang lebih aktif.
Penulis penelitian juga menekankan bahwa berapa kali partisipan tidak banyak bergerak sepanjang hari tidak selalu dikaitkan dengan risiko demensia yang lebih tinggi, namun yang signifikan adalah jumlah jam tidak aktif.
3 cara untuk mengurangi kebiasan sedentary
Meluangkan waktu untuk berolahraga satu jam di gym, sesi latihan beban, kelas spin, jogging —selalu dianjurkan dan merupakan cara yang bagus untuk membantu mengimbangi semua dampak negatif dari duduk hampir sepanjang hari.
Namun bagaimana dengan aktivitas sehari-hari yang tidak perlu ganti pakaian olahraga atau mandi setelahnya untuk membilas keringat?
Komuter dan transportasi
Pikirkan cara kamu bepergian ke suatu tempat. Bisakah kamu parkir agak jauh dari gedung kantor agar bisa berjalan beberapa langkah? Turun dari halte bus lebih awal? Naik tangga daripada eskalator? Bersepeda ke toko alih-alih naik mobil?