Konflik di Pulau Rempang Kembali Terjadi, Warga dan Perusahaan Saling Lapor
16-November-24, 00:14Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Tiga warga Pulau Rempang, Kota Batam mengalami luka setelah dianiaya belasan orang tidak dikenal (OTK) yang memiliki perawakan tegap.
Hal ini diketahui dari 4 video pendek yang dikirimkan oleh warga Pulau Rempang kepada redaksi salah satu media nasional, sesuai yang dikompilasi kumpulan berita terkini Rabu (18/9/2024) sore.
Dari keempat video yang dimaksud, dua video berisi muatan intimidasi hingga penganiayaan yang dilakukan oleh para pelaku.
Dalam video ini, para pelaku yang memiliki perawakan tegap ini juga tampak datang bersama dengan personel kepolisian yang menggunakan seragam, serta beberapa personel TNI.
Dalam video ini, beberapa orang warga tampak berusaha melerai tindakan penganiayaan yang dilakukan oleh OTK.
Sementara para personel kepolisian yang ada di lokasi tampak tidak berbuat banyak terkait pemukulan yang terjadi di lokasi.
Tidak hanya itu, salah satu pria bahkan menuduh warga sebagai provokator.
Belakangan beberapa pria yang terekam di video diduga merupakan para pekerja dari PT Makmur Elok Graha (MEG), yang akan menjadi pengelola kawasan PSN Rempang Eco-City.
Dua video lain yang diterima menunjukkan kondisi para korban yang merupakan lansia dan berprofesi sebagai nelayan serta petani yang telah turun-temurun tinggal di Pulau Rempang.
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun dari Tim Advokasi Solidaritas Nasional untuk Rempang, Peristiwa ini terjadi pada Rabu (18/9/2024) siang di kawasan Kampung Sungai Buluh, tepatnya di area jalan masuk kawasan Goba.
Manajer Hukum dan Pembelaan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Nasional, Teo Reffelsen melalui sambungan telepon, Rabu (18/9/2024) menjelaskan kejadian bermula saat warga yang berada di kawasan Masjid didatangi belasan OTK. Dalam rombingan ini terlihat keberadaan personel TNI-Polri berseragam.
Kepada warga, mereka menyampaikan bahwa kawasan tersebut adalah wilayah kerja mereka. Warga yang kemudian tetap bertahan dan berjaga akhirnya mengalami intimidasi dan tindak kekerasan.
"Ini bentuk teror nyata kedua kepada warga. Sebelumnya teror hanya berupa perusakan alat peraga bernada penolakan relokasi. Kini tiga orang warga terluka akibat penganiayaan," ujarnya.
Koalisi menilai tindak intimidasi dan kekerasan tersebut merupakan bagian tak terpisah dari upaya untuk melakukan penggusuran paksa terhadap masyarakat Rempang yang selama ini getol mempertahankan ruang hidupnya.
Koalisi juga mengecam pendekatan keamanan yang berujung pada tindak intimidasi dan kekerasan yang selama ini dilakukan oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat melalui aparat gabungan (Polisi, TNI, Satpol PP dan Direktorat Pengamanan BP Batam) seperti tragedi 7 September 2023.