Soal Efektivitas Debat Paslon Tunggal, Ini Kata Pakar Komunikasi Politik
15-November-24, 21:51Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Pakar komunikasi politik, Dr Sufiyanto, menyebut dua hal penting yang harus diperhatikan pasangan tunggal saat debat publik.
Pertama soal visi-misi bagian dari konten harus bisa diterima masyarakat, bisa diterima calon pemilih. Kedua, soal performance kandidat saat tampil harus meyakinkan.
"Jadi dua hal tersebut yang menjadi bagian penting bagi kontestan," ujar Sufiyanto yang merupakan Direktur The Republic Institute kepada salah satu media nasional, sesuai yang dikompilasi kumpulan berita terkini Jumat (1/11/2024).
Sufiyanto menilai poin visi-misi sebagai janji politik tentu menjadi penilai bagi calon pemilih.
Paslon harus menyajikan program yang terukur dengan realistis kemampuan daerah.
"Apalagi ketika paslon sudah berpengalaman (incumbant) harusnya sudah menguasai. Jangan sampai visi-misi tersebut tidak dapat ditafsirkan oleh calon pemilih," katanya.
Sedangkan soal performa paslon saat siaran harus benar-benar mewakili atau terpotret sebagai seorang pemimpin.
Misalnya gestur calon wali kota harus natural. Begitu juga soal pemilihan kata saat menyampaikan dan menjelaskan visi-misi atau menjawab soal dari panelis.
"Karena debat calon tunggal seperti fit and proper test. Ya kandidat harus bisa meyakinkan jawabannya," tuturnya.
Menyoal efektivitas debat kandidat, Sufiyanto berpesan agar KPU harus melakukan terobosan.
Dengan demikian, agenda debat kandidat paslon dapat dilihat kembali oleh pemilih untuk meyakinkan pilihannya.
Misalnya KPU membuat saluran tayangan serta membagikan di media sosial.
"Jadi pemilih punya alternatif lain ketika siaran langsung di televisi selesai tayang," ujarnya.
Terpisah, paslon tunggal Pilkada Pasuruan, Adi Wibowo-Mokhamad Nawawi, mengaku sangat siap menyampaikan visi-misi meski konsepnya seperti fit and proper test. Dia tetap menyiapkan konsep jawaban secara terukur.
"Ya seyogyanya seperti ujian. Saya tetap menyiapkan jawaban sesuai realitas yang ada (kondisi lapangan) ketika panelis mengajukan pertanyaan," ujar Adi Wibowo.