3 Warga Semarang Meninggal akibat DBD, Dinkes: "Fogging" Hanya Bikin Nyamuk Pingsan

Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Sebanyak 231 warga di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), terserang penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Dari ratusan warga yang positif DBD tersebut, terdapat tiga anak yang meninggal dunia.

Kepala Dinkes Kota Semarang Moh Abdul Hakam meminta wilayah dengan kasus DBD tinggi atau yang berisiko kerentanan tinggi untuk tetap melakukan Pemantauan Jentik Nyamuk (PJN) dua kali dalam seminggu.

“Normalnya seminggu sekali, tapi dengan tingkat kerentanan yang merah kami melakukan PJN dua kali seminggu," jelas Hakam saat dikonfirmasi salah satu media nasional, sesuai yang dikompilasi kumpulan berita terkini Rabu (3/7/2024).

Menurutnya, PJN merupakan strategi paling ampuh untuk memastikan lingkungan sekitar terbebas dari jentik nyamuk.

"Kalau fogging hanya membuat nyamuk dewasa tidak sadar selama 10 jam saja," ucap dia.

Menurutnya, nilai Angka Bebas Jentik (ABJ) harus di atas 95 persen supaya wilayah tersebut terbebas dari kasus DBD atau kasus demam dengue (DD).

"Terdapat siklus peningkatan dengue yang terjadi setiap 10 tahun sekali yang dipengaruhi oleh fenomena El Nino," imbuhnya.

Untuk itu, warga perlu waspada terhadap potensi penyakit DBD yang sering muncul saat musim hujan yang disertai panas.

"Suhu yang hangat dan optimal ditambah dengan intensitas hujan berpotensi besar meningkatkan perkembangbiakan jentik nyamuk Aedes aegypti, nyamuk yang menularkan virus dengue penyebab DBD," jelas Hakam.

Dia menjelaskan, tiga kematian yang disebabkan oleh DBD tersebut semuanya adalah usia anak-anak (di bawah 18 tahun).

Sedangkan kasus demam dengue (DD) sendiri mencapai 4.507 kasus.

"Terjadi peningkatan kasus demam dengue sebesar dua kali lipat dibandingkan tahun 2023," paparnya.

https://regional.kompas.com/read/2024/07/03/163608778/3-warga-semarang-meninggal-akibat-dbd-dinkes-fogging-hanya-bikin-nyamuk