Gegara India, Eksportir Vietnam-Thailand Ingin Harga Beras Naik
15-November-24, 19:11Eksportir Thailand dan Vietnam menegosiasikan ulang harga kontrak penjualan 500 ribu ton beras untuk pengiriman Agustus.
Hal itu mereka lakukan supaya harga beras Vietnam dan Thailand bisa lebih tinggi dari sekarang. Negosiasi dilakukan sebagai buntut kebijakan India melarang ekspor beras.
Kebijakan India mereka khawatirkan akan memperketat pasokan global sehingga berpotensi menaikkan harga beras.
Selain itu, negosiasi juga dilakukan karena eksportir Thailand dan Vietnam mulai kewalahan dengan kenaikan harga beras di tingkat petani. Maklum, para petani ikut menaikkan harga buntut gejolak harga pasar global.
Dilansir dari Reuters, Rabu (2/8), importir pun tak punya pilihan selain membayar lebih mahal untuk kontrak beras tadi. Kalau tidak, para pedagang di negara pengimpor akan gagal memenuhi kontrak.
"Harga telah naik sejak India melarang ekspor dan sulit bagi pemasok untuk memenuhi kontrak yang ditandatangani dengan harga lebih rendah," kata seorang pedagang berbasis di Singapura.
Thailand dan Vietnam masing-masing merupakan eksportir nomor dua dan tiga dunia, setelah India. Setelah India resmi melarang ekspor pada 20 Juli lalu, harga beras dunia naik sekitar US$80 per ton.
Harga beras impor dari Thailand naik dari US$545 menjadi US$625 per ton. Sementara, harga beras dari Vietnam naik dari US$515-US$525 menjadi US$590 per ton.
Seorang pedagang di Kota Ho Chi Minh mengatakan harga saat ini memang lebih tinggi dari kontrak. Ia mengakui hal ini dipicu oleh kenaikan harga ekspor.
"Lonjakan harga ekspor berdampak pada kenaikan tajam harga padi dalam negeri. Beberapa pedagang kini bergegas mempercepat pembelian dari petani," ucapnya.
India memang menyatakan mulai stop ekspor beras mulai akhir bulan lalu. Tujuannya untuk memastikan stok pangan di negaranya aman.
Hal ini tentu menimbulkan banyak kekhawatiran. Pasalnya India adalah salah satu eksportir beras terbesar di dunia dengan porsi 40 persen.