Inggris Makin Ngeri, Banyak Warga Terancam Jadi Gembel

Jakarta, Dikutip oleh kumpulan berita terkini dari media nasional Indonesia - Krisis biaya hidup masih terus melanda Inggris. Hal ini membuat warga kesulitan karena melonjaknya harga pangan-energi.

Bukan cuma itu, kini ramai warga juga terancam kehilangan tempat tinggal alias jadi gembel. Hal itu karena suku bunga yang tinggi mencekik hipotek.

Menurut angka pemerintah yang diterbitkan pada bulan Oktober ini, 104.510 rumah tangga berada di "penampungan sementara" di Inggris hingga Maret 2023. Jumlah ini naik 10% dibandingkan waktu yang sama pada tahun 2022 dan merupakan angka tertinggi sejak pencatatan dimulai pada tahun 1998.

Meski demikian, Menteri Dalam Negeri Suella Braverman mengaku tidak peduli terhadap isu tersebut. Ia bahkan mengatakan keinginannya untuk menghentikan para tunawisma yang mendirikan tenda di jalan-jalan umum.

"Kami tidak bisa membiarkan jalan-jalan kami diambil alih oleh deretan tenda yang ditempati oleh orang-orang," tulisnya di X, yang sebelumnya bernama Twitter, dikutip AFP, Kamis (9/11/2023).

"Banyak dari mereka dari luar negeri, yang hidup di jalanan sebagai pilihan gaya hidup," tambahnya lagi.

Hal ini pun mendapatkan kritikan keras dari banyak pihak. Lembaga amal Crisis misalnya, menyalahkan kurangnya "rumah yang terjangkau" sebagai penyebab terjadinya tuna wisma.

Lembaga itu bahkan mengatakan akan lebih banyak lagi orang yang akan jatuh miskin. Apalagi jika pemerintah tidak bergerak atau termasuk memberi "tenda".

"Menyalahkan orang-orang yang terpaksa tidur nyenyak hanya akan membuat orang semakin jauh dari bantuan dan jatuh miskin, sehingga menempatkan mereka pada risiko eksploitasi," tulisnya dalam surat terbuka kepada pemerintah.

"Pada titik ekstremnya, kita akan melihat peningkatan kematian dan kematian yang sebenarnya bisa dicegah," tambahnya.

Pemerintah telah berulang kali berjanji untuk mengakhiri apa yang disebut sebagai penggusuran tanpa kesalahan (no-fault eviction). Di mana tuan tanah dapat memaksa penyewa keluar dari properti sewaannya tanpa memberikan alasan.

No-fault eviction telah meningkat karena tuan tanah yang membeli properti murah ketika suku bunga hipotek rendah, justru menjual properti tersebut karena pembayaran kembali mereka menjadi lebih mahal. Hal ini berdampak buruk pada stok sewa, meskipun permintaan tetap ada.

Ini mendorong kenaikan harga properti yang masih tersedia untuk disewakan. Seringkali di luar kemampuan banyak penyewa.

Polly Neate, kepala eksekutif lembaga amal perumahan Shelter, mengatakan para menteri telah gagal memahami skala darurat perumahan. Ia menyerukan agar lebih banyak perumahan sosial dibangun dan akomodasi sewa swasta yang lebih terjangkau.

"Tidak adanya tindakan selama berpuluh-puluh tahun telah membuat kita kehilangan uang sewa, meningkatnya penggusuran, dan tingginya jumlah tunawisma, dan para menteri menyalahkan semua orang kecuali diri mereka sendiri," katanya.

Fenomena Baru Inggris, Gelandangan Serbu Jalan-Tiduri Trotoar

https://www.cnbcindonesia.com/news/20231109145322-4-487726/inggris-makin-ngeri-banyak-warga-terancam-jadi-gembel