Astronom Ungkap Planet Sebesar Jupiter Ini Tak Bundar Simetris
15-November-24, 14:14Ruang angkasa selalu memberikan kejutan yang menakjubkan. Baru-baru ini, para astronom dari University of Arizona dan tim peneliti internasional mendapati ternyata sebuah planet sebesar Jupiter tidak bulat simetris.
Menggunakan Teleskop Ruang Angkasa James Webb milik Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA), tim astronom menemukan bahwa atmosfer WASP-107b menunjukkan bentuk tidak simetris yang mencolok antara kedua sisi planet. Akibatnya, planet ini pun jadi punya perbedaan karakteristik atmosfer di kedua belahannya, baik suhu maupun sifat awannya.
Baca juga: Asteroid Raksasa Diprediksi Bisa Tabrak Bumi pada 2029, Astronom Mulai Bersiap
|
Planet Sebesar Jupiter
Planet raksasa tersebut dinamai WASP-107b. Jaraknya 200 tahun cahaya dari Bumi. Karena merupakan planet ekstrasurya (exoplanet), ia tidak mengitari Matahari, tetapi bintang induk lain.
Meskipun besar, WASP-107b jauh lebih ringan daripada Jupiter, dengan berat hanya sepersepuluhnya. Sedangkan suhu permukaan exoplanet ini mencapai 476 o Celsius, lebih panas dari Venus yang bersuhu sekitar 465 o Celsius.
Sebagian Planet Selalu Siang dan Selalu Malam
Peneliti mengatakan, planet WASP-107b mengalami kondisi pasang surut terkunci (tidal locking) pada bintang induknya. Salah satu sisinya selalu menghadap bintang yang diorbitnya, sedangkan sisi satu lagi membelakangi.
Akibatnya, salah satu sisi selalu siang hari, dan sisi lainnya selalu malam hari. Peneliti menyimpulkan, perbedaan besar paparan sinar Matahari berdampak pada banyak aspek sebuah planet.
"Memberitahu banyak hal tentang gas di atmosfer exoplanet, awalnya, struktur atmosfernya, aspek kimiawinya, dan bagaimana semua hal berubah ketika mendapat besar paparan sinar Matahari yang berbeda," kata pemimpin penulisan studi Matthew Murphy, mahasiswa pascasarjana di University of Arizona Steward Observatory, dikutip dari laman kampus.
Sebelumnya, peneliti Jessica Spake dan rekan-rekan mendapati WASP-107b kehilangan sejumlah besar gas atmosfernya ke luar angkasa. Banyaknya sekitar 0,1-4 persen dari total atmosfernya setiap miliar tahun. Hasil studi mereka di jurnal Nature (2018) tersebut berangkat dari pengamatan dengan Teleskop Ruang Angkasa Hubble.
Mengamati dari Ruang Angkasa
Murphy dan tim menggunakan teknik baru dan presisi Teleskop Ruang Angkasa James Webb untuk memisahkan sinyal atmosfer planet belahan timur dan barat. Dari situ, mereka melihat lebih jauh proses spesifik yang terjadi di atmosfer exoplanet tersebut.
"Kurasa observasi dari ruang angkasa punya banyak kelebihan berbeda dibandingkan dengan observasi dari darat," tuturnya.
Ia mencontohkan, sejumlah model ruang angkasa mereka sebelumnya memperkirakan WAPS-107b seharusnya simetris.
Peneliti Thomas Beatty, asisten profesor astronomi di University of Wisconsin-Madison mengatakan ini meurpakan kali pertama asimetri dapat terlihat langsung melalui spektroskopi transmisi dari ruang angkasa.
Para peneliti berencana untuk melanjutkan pengamatan supaya dapat mengeksplorasi lebih dalam penyebab fenomena planet asimetris ini.
"Biasanya, kita tidak bisa melihat exoplanet secara langsung, apalagi memahami apa yang terjadi di setiap sisinya. Untuk pertama kalinya, kita dapat melihat lebih jelas tentang apa yang terjadi pada atmosfer exoplanet ini," jelas Murphy.
Hasil penelitian Murphy dan rekan-rekan dipublikasi di jurnal Nature Astronomy.