Kontrak Freeport Perlu Diperpanjang sampai 2061?

PEMERINTAH berniat memberikan perpanjang kontrak 20 tahun lagi kepada raksasa tambang asal Amerika Serikat yang menambang emas dan tembaga di Grasberg, Papua, PT Freeport Indonesia. Itu artinya, Freeport masih bisa beroperasi di Grasberg sampai 2061.

Publik mungkin tak sepakat dengan keputusan ini, karena baru 2021, pemerintah memperpanjang kontrak Freeport selama 20 tahun sampai 2041 dengan catatan bersedia mengkonversi Kontrak Karya (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

IUPK memiliki syarat seperti menaikan penerimaan negara, penciutan lahan, barang jasa domestik, divestasi 51 persen saham, dan pembangunan smelter dalam negeri. Freeport sudah menjalankan semua kewajiban itu.

Selain itu, publik mungkin tak sepakat karena menurut aturan, perusahaan asing boleh diperpanjang dua (2) tahun menjelang berakhir masa kontrak. Artinya, jika Freeport ingin diperpanjang, tunggu sampai 2039 barulah dirundingkan lagi.

Namun, tak demikian dengan Freeport. Belum tuntas IUPK yang disepakati tahun 2019, pemerintah buru-buru memperpanjang kontrak lagi sampai 2041.

Apabila dilihat dari kacamata bisnis dan kontribusi ekonomi untuk negara, keputusan ini memang sangat strategis.

Saya sepakat dengan keputusan pemerintah memperpanjang kontrak Freeport sampai 2061 mulai dari sekarang. Mengapa demikian?

Tambang terintegrasi

Freeport Indonesia adalah salah satu tambang terintegrasi dari hulu (konsensi) sampai hilir (pembangunan smelter).

Di Hulu, setelah mendapat status IUPK tahun 2021, konsensi tambang Freeport hanya mencapai 90.000 hektare dan sisanya sudah diserahkan ke pemerintah pusat dan daerah.

Sebelumnya konsensi Freeport yang terletak di Grasberg seluas 214.000 hektare. Salah satu konsensi yang diserahkan ke pemerintah adalah Blok Wabu yang berlokasi di Intan Jaya, sebagai salah satu tambang emas terbesar dengan kalori 1,16 gram per ons.

Di hulu, tambang Grasberg adalah salah satu tambang paling canggih dan paling sulit di dunia. Sejak 1971, Freeport memang telah menambang di open-pit di Earstberg (1971-1988/KK I ).

Setelah penambangan Earstberg selesai, Freeport mulai menambang di Grasberg dan memproduksi 170.000-200.000 matrik ton tembaga per hari.

Tahun 2019, tambang open-pit di Grasberg berada di titik puncak (usai). Ketika ke Grasberg tahun 2023, saya melihat langsung bekas tambang open-pit sudah mulai melakukan reklamasi pascatambang dan rumput-rumputnya sudah mulai tumbuh.

Masuk ke wilayah tambang Grasberg ini tak sembarang, butuh izin dan pengawasan langsung dari Freeport, karena tambang ini berlokasi 4000 kaki dari permukaan laut.

Setelah open-pit selesai tahun 2019, Freeport melanjutkan megaproyek di tambang underground (tambang bawah tanah).

Untuk mencapai tambang ini Anda harus melewati terowongan, jalan dari satu tingkatan menggunakan ekslator dan train.

Tambang ini luar biasa canggihnya dan hanya bisa dikerjakan penambang sekelas Freeport McmoRRan yang memiliki kapasitas sumber daya manusia, teknologi canggih, dan dana investasi besar.

Menurut pengakuan Direktur Utama Freeport, Tonny Wenas, tambang underground sekarang ini memiliki luas sebesar 600-700 km dan sampai 2041 bisa mencapai 1000 km.

Tambang underground ini bukan sekali jadi. Butuh investasi bertahun-tahun untuk memulai memproduksi emas dan tembaga.

Berdasarkan laporan, Freeport sudah mulai berinvestasi dan membangun infrastruktur berupa train, terowongan bawah tanah, dan akses penambangan bawah tanah lainnya sejak tahun 2002.

Freeport sudah mengeluarkan dana investasi senilai 15 miliar dollar AS dan baru menikmati produksi tembaga tahun 2021.

https://money.kompas.com/read/2024/10/31/133127826/kontrak-freeport-perlu-diperpanjang-sampai-2061