Tragedi Longsor Tambang Ilegal di Semarang: Satu Nyawa Melayang, Praktik Terlarang Terungkap

Maut di Galian C: Longsor Tambang Ilegal di Semarang Renggut Nyawa Sopir Truk

Sebuah tragedi memilukan terjadi di sebuah tambang galian C ilegal di kawasan Rowosari, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah. Longsor dahsyat menimpa area pertambangan tersebut, Jumat (18/4/2025), mengakibatkan seorang sopir truk, yang diidentifikasi sebagai M, tewas tertimbun material longsor. Insiden ini memicu sorotan tajam terhadap praktik pertambangan ilegal dan lemahnya pengawasan di wilayah tersebut.

Kejadian nahas ini bermula ketika tebing tambang setinggi lebih dari 30 meter longsor secara tiba-tiba. Dua truk berwarna merah terpental akibat terjangan material longsor, sementara satu truk dan satu ekskavator terkubur di bawah reruntuhan. Video yang merekam detik-detik kejadian viral di media sosial, memicu kemarahan publik dan tuntutan agar pihak berwenang bertindak tegas.

Ombudsman Desak Pengawasan, Polisi Selidiki Legalitas

Menanggapi tragedi ini, Kepala Ombudsman Jawa Tengah, Siti Farida, mendesak instansi terkait untuk meningkatkan pengawasan di sekitar area pertambangan. Ia menekankan pentingnya penegakan aturan untuk mencegah jatuhnya korban jiwa di masa depan. "Kita cegah bersama jangan sampai ada korban jiwa," tegas Farida.

Sementara itu, Kasatreskrim Polrestabes Semarang, AKBP Andika Dharma Sena, menyatakan bahwa pihaknya telah memeriksa direktur perusahaan pemilik Izin Usaha Pertambangan (IUP) terkait insiden ini. Polisi juga akan berkoordinasi dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah untuk mengkaji legalitas tambang tersebut.

"Dari ESDM sedang dalam proses, nanti kami akan bersurat secara resmi. Proses penyelidikan masih berjalan," ujar Andika. Ia menambahkan, lokasi kejadian telah dipasangi garis polisi untuk kepentingan penyelidikan. Namun, karena lokasi tersebut berada di perbatasan antara Kota Semarang dan Kabupaten Demak, polisi masih berkoordinasi dengan Polres Demak untuk memastikan wilayah hukumnya.

Warga Bungkam karena Tekanan

Terungkap fakta bahwa aktivitas pertambangan di lokasi tersebut telah berlangsung lama dan kerap terjadi insiden serupa. Namun, warga sekitar enggan melaporkan kejadian ini karena takut pada "bos besar" pemilik tambang. Banyak warga yang bekerja di tambang tersebut, sehingga mereka memilih bungkam demi menjaga mata pencaharian mereka.

Seorang sopir truk yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan, biasanya aktivitas pertambangan tetap berjalan seperti biasa, bahkan di hari Minggu. Namun, pasca-tragedi longsor, lokasi tambang tampak sepi. Para sopir truk hanya bisa menunggu kabar dari atasan mengenai kelanjutan pekerjaan mereka.

Material tambang dari lokasi tersebut diduga kuat dikirim ke Jateng Land, sebuah kawasan industri di Sayung, Demak, yang tengah mengembangkan lahan seluas lebih dari 300 hektare. Ironisnya, para pekerja dan sopir truk yang terlibat dalam aktivitas pertambangan tersebut mengaku tidak mengetahui legalitas tambang yang mereka layani.