Perjuangan Nakes di Labuan Bajo Perangi Tengkes, Dilatih di "Stunting Center" dan Terjun Melawan Mitos

Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Sejak tahun 2019 silam, pemerintah pusat menetapkan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai salah satu daerah pariwisata super prioritas (DPSP).

Melansir laman Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, pemerintah melakukan upaya transformasi sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025.

Presiden Joko Widodo juga turun langsung mengawal dan memastikan transformasi Labuan Bajo berjalan dengan baik dan mendatangkan manfaat bagi rakyat dan negara.

Jokowi memberikan tujuh arahan yakni mengenai penataan kawasan, peningkatan infrastruktur, penyiapan sumber daya manusia (SDM), penanganan sampah, ketersediaan air baku, keamanan wisatawan, hingga promosi terintegrasi.

Tidak sedikit anggaran dikucurkan untuk pembenahan infrastruktur pendukung pariwisata Labuan Bajo agar bisa menarik wisatawan dalam dan luar negeri.

Penataan kawasan Labuan Bajo menyasar lima zona di Waterfront City. Termasuk juga menata kampung-kampung hingga pengembangan homestay.

Di balik "gemerlapnya" Labuan Bajo sebagai destinasi super prioritas, ada kisah-kisah sejumlah tenaga kesehatan yang berjuang memberantas tengkes atau stunting di wilayah tersebut.

Salah satunya Caecilia Tyas Wurina (39), seorang petugas di Puskesmas Labuan Bajo. Ia merupakan seorang pengelola program gizi yang telah berkecimpung sejak 2018.

Namun, Rina, sapaan akrabnya, telah bertugas di Labuan Bajo sejak 11 tahun silam.

Mulai tahun 2020, Rina menjadi bagian dari Yayasan 1000 Days Fund, yang membawahi Stunting Center of Excellence di Puskesmas Labuan Bajo.

Dokumen Puskesmas Labuan Bajo Foto: Para Nakes mengikuti pelatihan di Stunting Center of Excellence Labuan Bajo dilatih oleh Yah 1000 Days Fund

Pelatihan khusus

Rina menjelaskan, di Stunting Center of Excellence, para tenaga kesehatan dari semua Puskesmas di Manggarai Barat mendapatkan pelatihan bagaimana menangani tengkes atau stunting.

Pelatihan itu merupakan kerja sama Yayasan 1000 Days Fund dengan dinas kesehatan dan Puskesmas.

"Kerja sama itu didasarkan pada kebutuhan pengetahuan dan skill yang terus di-update. Pelatihan melibatkan para nakes di Puskesmas seluruh Manggarai Barat, 22 Puskesmas. Kemudian juga para bidan desa yang bertugas di Pustu dan Poskesdes," tutur Rina kepada salah satu media nasional sebelumnya, yang dikutip oleh kumpulan berita terkini di Labuan Bajo, Jumat (29/3/2023).

Ia menyebutkan, di Stunting Center of Excellence, para nakes mendapatkan materi mulai dari apa itu stunting, bahaya stunting, cara mencegah stunting, hingga cara memasang poster pintar.

Selain itu, mereka juga dilatih tentang manajemen data, manajemen laktasi (menyusui), pemantauan pertumbuhan balita, manajemen kelas ibu hamil, dan konseling sederhana pada kelas Balita.

"Di Stunting Center of Excellence, para nakes belajar teori dan praktik," katanya.

Pelatihan-pelatihan tersebut, kata Rina, diberikan oleh tenaga dari yayasan 1.000 Days Fund yang sudah terlatih dan bersertifikat, LSM yang berkompeten di bidang tertentu.

Kemudian profesional yang bersertifikat baik nasional maupun international dan para nakes senior Puskesmas Labuan Bajo.

"Dari Puskesmas Labuan Bajo saya sendiri pernah untuk pemateri pengisian KMS," ungkapnya.

Ia mengatakan, target atau sasaran penurunan stunting itu cukup banyak.

Mulai dari remaja putri, ibu hamil, ibu menyusui, dan Baduta. Sementara target komunikasi /advikasi level puskesmas yakni para kepala sekolah, guru PAUD, camat, kepala desa, tim penggerak PKK, toko agama, tokoh masyarakat, ayah balita, dan keluarga balita.

https://regional.kompas.com/read/2023/04/03/060000878/perjuangan-nakes-di-labuan-bajo-perangi-tengkes-dilatih-di-stunting-center