IHSG Berbalik Arah, Terkoreksi di Sesi Awal Perdagangan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai perdagangan hari ini dengan pergerakan yang kurang menggembirakan. Sempat dibuka sedikit menguat, indeks utama pasar modal Indonesia ini kemudian berbalik arah dan memasuki zona merah.

Pada pukul 09.05 WIB, IHSG tercatat berada di level 6.433,89, atau turun sebesar 0,19% setara dengan 12,06 poin. Pembukaan perdagangan sebelumnya menunjukkan IHSG berada di posisi 6.455,07. Meskipun sempat mencatatkan kenaikan sesaat, tekanan jual kemudian mendorong indeks turun.

Aktivitas Perdagangan Pagi Ini

Data dari RTI mencatat, selama sesi perdagangan pagi ini, IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 6.468,16 dan level terendah di 6.428,10. Volume transaksi yang terjadi mencapai 1,49 miliar saham, dengan nilai transaksi (turnover) sebesar Rp 754,02 miliar. Frekuensi transaksi tercatat sebanyak 90.599 kali.

Secara sektoral, terlihat adanya variasi kinerja. Jumlah saham yang mengalami kenaikan harga tercatat sebanyak 191, sementara 208 saham lainnya mengalami penurunan. Sebanyak 186 saham terpantau stagnan atau tidak mengalami perubahan harga.

Tinjauan Performa IHSG dalam Beberapa Periode

  • Sebekan Terakhir: IHSG membukukan penguatan sebesar 1,05%.
  • Sebulan Terakhir: Terjadi penurunan sebesar 3,19%.
  • Tiga Bulan Terakhir: Penurunan lebih signifikan, mencapai 9,11%.
  • Enam Bulan Terakhir: Penurunan mencapai 14,52%.
  • Year-to-Date (YTD): Melemah 9,11%.
  • Setahun Terakhir: Penurunan tercatat sebesar 12,73%.

Kinerja IHSG Kemarin dan Proyeksi ke Depan

Pada perdagangan hari sebelumnya, Senin (21/4/2025), IHSG berhasil ditutup menguat sebesar 0,12% atau 7,69 poin, mencapai level 6.445. Analis dari Ajaib Sekuritas memperkirakan bahwa IHSG akan bergerak mixed dengan rentang antara 6.340 hingga 6.520.

Ratih Mustikoningsih, Financial Expert Ajaib Sekuritas, menjelaskan bahwa pergerakan IHSG dipengaruhi oleh sentimen dari dalam negeri, dimana indeks mengalami rebound dalam dua hari berturut-turut, namun masih berada dalam fase sideways jangka pendek. Kondisi pasar yang cenderung wait and see juga tercermin dari terbatasnya volume transaksi harian.

Arus Modal Asing dan Nilai Tukar Rupiah

Investor asing tercatat melakukan outflow sebesar Rp 686,59 miliar pada tanggal 21 April. Secara akumulatif sejak awal tahun, total outflow mencapai Rp 50,23 triliun. Sejalan dengan outflow yang signifikan, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS (JISDOR) stabil di kisaran Rp 16.800-an per USD.

Surplus Neraca Dagang Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada bulan Maret 2025 mencatatkan surplus sebesar US$ 4,33 miliar, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 3,10 miliar. Surplus ini didorong oleh komoditas non-migas seperti bijih logam, terak dan abu, nikel, besi dan baja, serta mesin dan perlengkapan elektronik. Secara keseluruhan, Indonesia telah mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 59 bulan berturut-turut.

Sentimen dari Pasar Global

Bursa Wall Street mengalami pelemahan, dengan indeks NASDAQ turun 2,55% dan S&P 500 turun 2,36% pada tanggal 21 April 2025. Isu mengenai kemungkinan Presiden AS Donald Trump untuk memaksa Jerome Powell menurunkan suku bunga, bahkan sebelum masa jabatannya berakhir, turut mempengaruhi sentimen pasar.

Di Asia, Bank Sentral China (PBoC) mempertahankan suku bunga (LPR) tenor 1 tahun (jangka pendek) dan 5 tahun (jangka panjang) masing-masing sebesar 3,1% dan 3,6%. Suku bunga ini tidak berubah selama 6 bulan terakhir.

Pemerintah China masih menunggu dan melihat dampak dari perang tarif yang diterapkan oleh AS sebelum mengambil langkah-langkah stimulus lebih lanjut untuk mengatasi deflasi. Sebagai respons terhadap eskalasi tarif AS, pemerintah China menghentikan pendanaan kepada Private Equity (PE) yang berlokasi di AS, seperti Blackstone (NYSE:BX), TPG Inc (NASDAQ:TPG), dan Carlyle Group Inc (NASDAQ: CG).