3 Hal yang Bisa Memicu OCD

Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Media massa akhir-akhir ini ramai memberitakan tentang aktor Aliando Syarif yang terbuka ke publik mengenai penyakit mental yang dideritanya.

Aliando yang sempat menghilang dari dunia hiburan tanah air tenyata mengalami gangguan obsesif-kompulsif (OCD) hingga membutuhkan terapi khusus.

OCD adalah gangguan mental yang menyebabkan penderitanya memiliki pikiran (obsesi) atau perilaku (kompulsi) yang tak terkendali dan berulang sehingga dia merasa ingin mengulanginya berulang-ulang yang mengganggu aktivitas sehari-hari.

Obesesi adalah pikiran, desakan, atau gambaran mental yang berulang yang menyebabkan kecemasan. Gejala umum meliputi:

  • Takut kuman
  • Pikiran agresif terhadap orang lain atau diri sendiri
  • Selalu ingin semua hal terlihat sempurna.

Kompulsi adalah perilaku berulang yang dirasakan oleh seseorang dengan OCD sebagai respons terhadap pikiran obsesif seperti mencuci tangan terlalu sering atau memeriksa barang berukang kali.

Apa penyebab OCD?

Belum diketahui apa yang memicu OCD. Namun, ada beberapa hal yang bisa menjadi faktor risikonya. Berikut faktor risiko OCD:

1. Genetika

Melansir laman NHS, orang yang memiliki riwayat keluarga penderita OCD berisiko besar mengalami hal yang sama.

Pada tahun 2001, sebuah tinjauan meta-analitik melaporkan bahwa seseorang dengan OCD empat kali lebih mungkin untuk memiliki anggota keluarga lain dengan OCD daripada orang yang tidak memiliki gangguan tersebut.

2. Struktur dan Fungsi Otak

Studi pencitraan telah menunjukkan perbedaan dalam korteks frontal dan struktur subkortikal otak pada pasien dengan OCD.

Melansir laman OCD UK, OCD bisa terjadi karena ketidakseimbangan kimia di otak, sirkuit otak yang rusak atau cacat genetik.

Studi pencitraan otak secara konsisten juga menunjukkan pola aliran darah yang berbeda di antara orang-orang dengan OCD dibandingkan dengan kontrol, dan daerah ganglia kortikal dan basal paling kuat terlibat.

3. Faktor lingkungan

Stres dan gaya pengasuhan juga berperan besar dalam pengembangan penyakit OCD.

Stres berat atau peristiwa kehidupan traumatis juga bisa menyebabkan kecemasan.

Jika tidak segera dionat, kecematan dan stress tersebut bisa berkembang menjadi OCD.

Dalam beberapa kasus, anak-anak dapat mengalami OCD setelah infeksi streptokokus.

https://health.kompas.com/read/2022/01/31/060000168/3-hal-yang-bisa-memicu-ocd