Kisah Rafa Kusuma, Dalang Cilik Down Syndrome Berbakat Asal Yogyakarta
14-November-24, 23:08Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Warna-warni Pandawa Lima tersusun rapih di atas layang teater terbingkai kayu berukir. Di bawahnya, sebuah dingklik menjadi saksi keriangan empunya dua belas tahun lalu saat belajar menceritakan kisah Mahabarata.
Pemiliknya adalah seorang dalang cilik (kecil) yang menyandang disabilitas perkembangan intelektual bernama down syndrome, Rafa Kusuma Atma Wibowo. Ia mengenakan blangkon batik khas daerah asalnya, Kota Pelajar, Yogyakarta.
Down syndrome yang ia alami bukan halangan untuk mengembangkan bakatnya dalam dunia pedalangan. Saat berada di atas panggung dengan wayang dalam genggaman mungilnya, ia selalu berhasil memukau penonton.
Setiap gerakan dan sabetan yang dilakukannya layaknya dalang profesional.
Ayah Rafa, Ludy Bimasena Wibowo, menceritakan kisah putranya melawan belenggu down syndrome.
Diawali dari keinginannya untuk mengembangkan kemampuan motorik Rafa. “Anak down syndrome itu banyak mengalami keterbelakangan, dalam berpikir dan bertindak,” ungkap pria berumur 53 tahun itu.
Dia pun menjelaskan bagaimana cara Rafa mengantisipasi hal tersebut, yaitu melalui pelatihan dan stimulasi.
“Harus berlatih sinkronisasi pendengeran dengan pikiran, lalu dengan gerakan. Karena saya orang Jawa ya, awalnya saya kenalkan dengan jathilan. Namun akhirnya kami memilih wayang," sambung Ludy.
Selain sebagai bentuk intervensi dini, Ludy memilih kesenian tradisonal tersebut karena keinginannya untuk melestarikan budaya Indonesia. “Saya memang belum pernah menonton pertunjukan wayang semalaman, apalagi sampai memainkannya," ungkap Ludy.
"Tapi saat saya masih remaja, sekitar tahun 1980-an, saya senang sekali membaca komik wayang. Saya rasa minat anak sekarang sudah turun kepada hal itu. Jadi saya ingin membantu melestarikan dengan mengajarkannya kepada Rafa,” kata Ludy.