Efektivitas Sodetan Ciliwung Dipertanyakan, Gubernur Pramono Akui Keterbatasan Fungsi

Efektivitas Sodetan Ciliwung Dipertanyakan, Gubernur Pramono Akui Keterbatasan Fungsi

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengakui adanya keterbatasan fungsi Sodetan Ciliwung dalam mengendalikan banjir di Jakarta. Pernyataan ini disampaikan menyusul keluhan warga terkait genangan air yang masih terjadi di beberapa wilayah, meskipun sodetan telah beroperasi. Pramono menjelaskan bahwa sodetan di Jalan Otista, Jakarta Timur, baru beroperasi secara optimal ketika ketinggian air di Pintu Air Manggarai mencapai 700 sentimeter. Di bawah angka tersebut, efektivitas sodetan dalam mengurangi debit air secara signifikan menjadi terbatas. “Memang, jika tinggi permukaan air di bawah 700 cm, sodetan tidak berfungsi maksimal,” ungkap Pramono dalam keterangannya pada Jumat, 7 Maret 2025. Pengakuan ini sekaligus menjawab pertanyaan warga terkait masih terjadinya genangan air di kawasan Jalan Kebon Pala II, Kampung Melayu, Jatinegara, pasca hujan lebat beberapa hari sebelumnya.

Salah satu warga, Wahyu (45), mengungkapkan keheranannya melihat kawasan tersebut masih terendam banjir meskipun sodetan Ciliwung telah rampung dibangun. Ia mempertanyakan fungsi sodetan yang diharapkan mampu mengalirkan air ke Banjir Kanal Timur (BKT) dengan kapasitas yang lebih besar. “Sosiannya kan harusnya buangnya ke BKT, kan itu BKT lebih besar. Kenapa ini masih banjir di sini walaupun sudah dibikin sodetan?” ujar Wahyu kepada awak media pada Selasa, 4 Maret 2025. Keheranan serupa disampaikan warga lainnya, dengan adanya indikasi bahwa debit air kali ini bahkan lebih tinggi dibandingkan banjir sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan adanya kebutuhan evaluasi lebih lanjut terhadap sistem pengendalian banjir di Jakarta.

Menanggapi keluhan warga dan terbatasnya fungsi sodetan, Gubernur Pramono menyatakan akan mempertimbangkan beberapa langkah strategis. Salah satu rencana yang dipertimbangkan adalah melakukan pengerukan pada Sodetan Ciliwung untuk meningkatkan kapasitas aliran air. “Sodetannya perlu dikeruk kembali karena ini persoalan lapangan yang memang ada,” tambahnya. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas sodetan dalam mengurangi volume air yang masuk ke permukiman warga. Selain itu, Pramono juga memastikan bahwa kondisi Jakarta secara umum telah kembali normal setelah beberapa hari dilanda banjir. Penurunan status siaga di Pintu Air Manggarai dari siaga 2 menjadi siaga 4, dengan ketinggian air turun dari 850 cm menjadi 600 cm, menjadi indikator pemulihan tersebut.

Namun, pernyataan Gubernur Pramono sekaligus menyoroti perlunya evaluasi mendalam terhadap perencanaan dan implementasi proyek pengendalian banjir di Jakarta. Keberhasilan proyek infrastruktur pengendalian banjir tidak hanya bergantung pada pembangunan fisik, tetapi juga pada perhitungan teknis dan antisipasi berbagai skenario, termasuk debit air yang melampaui perkiraan. Ke depannya, diperlukan kolaborasi yang lebih intensif antara pemerintah, ahli hidrologi, dan masyarakat untuk menemukan solusi yang lebih komprehensif dan efektif dalam mengatasi permasalahan banjir di Jakarta. Transparansi informasi dan keterlibatan warga dalam proses perencanaan dan evaluasi proyek juga krusial untuk menjamin keberhasilan program pengendalian banjir.

Berikut beberapa poin penting yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan efektivitas pengendalian banjir:

  • Pengerukan berkala: Pengerukan rutin pada Sodetan Ciliwung dan saluran-saluran air lainnya untuk menjaga kapasitas aliran air.
  • Pemantauan debit air: Sistem pemantauan debit air yang lebih canggih dan akurat untuk memprediksi dan mengantisipasi potensi banjir.
  • Koordinasi antar instansi: Peningkatan koordinasi antar instansi terkait dalam pengelolaan sistem drainase dan pengendalian banjir.
  • Partisipasi masyarakat: Keterlibatan aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan saluran air dan melaporkan kerusakan infrastruktur.
  • Kajian ulang desain: Peninjauan ulang desain infrastruktur pengendalian banjir dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang belum terantisipasi.