Berita Hot IHSG Pekan Ini: Saham Prajogo Jadi Penggerak Utama
14-November-24, 17:29Jakarta, Dimuat dalam media nasional yang dirangkum kumpulan berita terkini - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan Rabu (22/5/2024), di pekan yang cukup pendek sebelum libur panjang Hari Waisak.
IHSG menguat 0,51% ke posisi 7.222,38. IHSG pun kembali ke level psikologis 7.200, setelah sempat terkoreksi ke level psikologis 7.100 pada Selasa lalu.
Sepanjang pekan ini, IHSG terpantau ambles 1,3%, sedangkan selama sebulan terakhir, IHSG turun 0,16%.
Pada pekan ini, penjualan bersih (net sell) investor asing mulai berkurang yakni menjadi Rp 254,01 miliar.
Sepanjang perdagangan pekan ini, ada beberapa kabar cukup menarik yang juga mungkin mempengaruhi pergerakan IHSG, seperti pergeseran posisi kapitalisasi pasar besar (big cap) yang sebelumnya diisi oleh emiten raksasa, kini emiten-emiten tersebut tak lagi menjadi yang paling besar kapitalisasi pasarnya.
Adapula saham-saham salah satu konglomerat juga menjadi penggerak IHSG dalam beberapa waktu terakhir. Berikut kabar menarik terkait IHSG pada pekan ini.
1. Emiten Raksasa Tak Lagi Jadi Dominan Big Cap
Posisi emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia berubah. Sejumlah perusahaan raksasa kini terpental.
Berdasarkan data pasar pada perdagangan Rabu lalu, emiten terjumbo di Indonesia berdasarkan kapitalisasi pasar (market cap) bukan lagi emiten perbankan, melainkan emiten sektor lain seperti energi baru dan terbarukan (EBT).
Pada tahun-tahun sebelumnya, mungkin kita masih bisa melihat posisi lima besar diisi oleh saham perbankan raksasa. Namun setidaknya dalam dua pekan terakhir, saham perbankan raksasa pun posisinya terpental.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)tidak lagi menyandang status emiten dengan market cap paling jumbo di Indonesia dan terpaksa terdepak menjadi yang terbesar kedua. Titel tersebut kini dipegang oleh emiten EBT milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).
Market Cap BREN saat ini mencapai Rp 1.505,09 triliun, sedangkan market cap BBCA mencapaiRp 1.161,87 triliun. Hal ini seiring dengan koreksi saham BBCA dan melesatnya saham BREN.
Bahkan, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang sebelumnya menjadi saham bank dengan market capterbesar kedua setelah BBCA, kini harus terpaksa terdepak ke posisi lima.
Adapun posisi ketiga dan keempat kini diisi oleh saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan PT Amman Mineral Tbk (AMMN).
Jika BBRI terdepak dari sebelumnya di posisi ketiga menjadi kelima, berlaku juga saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), di mana sebelumnya berada di posisi keempat, kini harus berada di posisi ketujuh.
Mirisnya, perusahaan raksasa seperti PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Astra International Tbk (ASII) pun terdepak cukup jauh, di mana keduanya sebelumnya sempat masuk dalam lima besar, kini harus rela terdepak di posisi tersebut. TLKM dan ASII kini berada diurutan kedelapan dan kesembilan.
Bahkan, saham PT H.M. Sampoerna Tbk (HMSP) pun kini tak lagi masuk 20 besar saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia.
Pergeseran market cap masih akan terjadi kedepannya. Hal ini karena kinerja saham beberapa perusahaan raksasa memang cenderung lesu setidaknya dalam beberapa waktu terakhir dan berimbas kepada turunnya kapitalisasi pasar. Sementara itu, sejumlah emiten berkapitalisasi pasar menengah justru mendapatkan panggung.
Minat investor terhadap sektor tertentu sepertinya juga mempengaruhi, di mana EBT dianggap lebih seksi dibandingkan dengan manufaktur yang dinilai cenderung lesu karena sentimen global yang belum membaik.
2. Saham Prajogo Kini Jadi Penggerak Utama IHSG
Dalam beberapa waktu terakhir,emiten milik Prajogo Pangestu menjadi langganan penopang IHSG. Saat kebanyakan harga saham berkapitalisasi besar mengalami koreksi, sejumlah emiten milik Prajogo seperti BREN dan TPIA justru menggendong IHSG kembali ke level psikologis 7.300.
Baik BREN maupun TPIA, posisinya menjadi cukup empuk karena keduanya kini berada di urutan pertama dan ketiga berdasarkan market cap-nya.
Bahkan selain BREN dan TPIA, market cap saham Prajogo lainnya juga kini tidak tidak kecil. Diketahui, ada lima emiten Prajogo yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), di mana empat merupakan emiten asli Prajogo, sedangkan satu saham dianggap emiten Prajogo berkat akuisisi.
Jika ditotal kelima saham Prajogo, maka kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 2.501,36 triliun atau setara 20,17% dari total market cap IHSG pada penutupan perdagangan Rabu lalu.
Dengan demikian, bisa dibilang saham-saham Prajogo saat ini menjadi penggerak utama IHSG. Jika di antara saham Prajogo tersebut terbang, maka IHSG juga berpotensi melesat, begitu juga sebaliknya.
3. Tanpa Emiten Prajogo, IHSG Dalam Kondisi Tak Baik
Seperti yang telah dibahas di atas, di mana saham-saham Prajogo kini menjadi penggerak utama IHSG, terutama saham BREN dan TPIA. Sehingga tanpa dukungan saham-saham Prajogo, posisi IHSG sebenarnya belum bisa mencapai level 7.000-an.
Menurut Verdhana Research, pergerakan IHSG saat ini sangat bergantung terhadap gerak dua grup, yakni grup saham perbankan besar dan "saham gorengan" yang dicatat ada tujuh, meski tidak dirinci spesifik dari emiten siapa saja.
Dari grafik di atas terlihat, bahwa sebenarnya IHSG jika tanpa gabungan tujuh saham "gorengan" masih berada di angka 6.117, sementara jika dikeluarkan 4 saham big bank, IHSG malah masih berada di 5.750.
Ketergantungan IHSG terhadap sejumlah saham yang berkapitalisasi besar tetapi geraknya diraih dalam waktu singkat menunjukkan kondisi yang sebenarnya sedang tidak baik-baik saja.
Kumpulan berita terkini mengutip laporan RESEARCH
[email protected]
Sanggahan:Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan Seperti yang dilansir media nasional yang dikutip oleh kumpulan berita terkini Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.