Ditemukan pada 1965, Misteri Bangkai Kapal Mediterania Akhirnya Terungkap berkat Kacang Almon

Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional -  Pada 1965, seorang penyelam di lepas pantai Siprus menemukan sisa-sisa kapal dari periode Helenistik Yunani di dasar Laut Mediterania.

Saat para arkeolog menarik kapal ke permukaan, mereka menyadari bahwa benda peninggalan ini mengangkut muatan anggur dan kacang almon sebelum tenggelam.

Kini, hampir enam dekade kemudian, kacang almon yang masih tersisa telah membantu para arkeolog memecahkan misteri kronologi atau urutan waktu kapal karam tersebut.

Para peneliti telah mempelajari bangkai kapal yang berada di Kota Kyrenia, pesisir utara Siprus itu selama bertahun-tahun.

Hasil penelitian dari tim yang dipimpin oleh arkeolog di Cornell University, Amerika Serikat, Sturt Manning tersebut kemudian dituangkan dalam jurnal PLOS One pada Rabu (26/6/2024).

Tahun kapal Kyrenia karam masih diragukan

Dilansir dari Smithsonian Magazine, Selasa (2/7/2024), para peneliti mengetahui bahwa kapal sepanjang 14 meter di dasar Laut Mediterania memiliki empat awak.

Mereka juga mengetahui kapal terbuat dari kayu dengan selubung timah, serta memiliki satu tiang dengan layar persegi.

"Isi bangkai kapal dapat memberi tahu kita secara spesifik barang apa yang diperdagangkan atau dipertukarkan," ujar rekan peneliti dan antropolog di University of Georgia, Amerika Serikat, Brita Lorentzen.

Peneliti juga dapat menelusuri bagaimana orang berpindah melalui laut, kelompok orang mana yang berhubungan satu sama lain, dan bagaimana mereka terdampak oleh jaringan sosial dan ekonomi di masa itu.

Namun, meski para peneliti berhasil memperoleh banyak informasi hanya dari bangkai kapal, usianya masih tetap menjadi misteri.

Peneliti sebelumnya telah mencoba menentukan tanggal kapal karam dengan menganalisis beberapa barang yang ditemukan, termasuk koin dan tembikar.

Menurut peneliti, analisis ini menunjukkan, kapal tenggelam sekitar akhir tahun 300-an sebelum Masehi (SM).

Mereka juga memperkirakan kapal tersebut benar-benar tenggelam antara tahun 294 dan 290 SM, tetapi masih belum yakin.

Senyawa untuk mengawetkan kapal justru menghambat

Para peneliti yang menginginkan bukti lebih meyakinkan mulai bergeser menggunakan penanggalan radiokarbon dan dendrokronologi, sebuah teknik penanggalan yang melibatkan studi lingkaran pohon.

Kendati demikian, upaya para peneliti untuk memecahkan usia bangkai kapal Kyrenia menghadapi rintangan besar.

Karena saat diangkat dari dasar laut pada 1960-an, para konservator yang bertanggung jawab memelihara benda-benda museum telah mengoleskan polietilen glikol (PEG) ke bangkai kapal.

PEG merupakan senyawa berbasis minyak bumi yang digunakan untuk memperlambat pembusukan kayu.

"Menambahkan PEG mencegah kayu kapal mengering, menyusut, dan berubah menjadi debu di dalam air," kata Lorentzen, seperti dikutip Reuters, Kamis (27/6/2024).

Di sisi lain, PEG juga mengandung minyak bumi, dengan banyak kandungan dari sisa-sisa organik yang telah lama mati.

Oleh karena itu, sampel apa pun yang telah dioles dengan PEG akan mengganggu hasil studi penanggalan radiokarbon.

Para peneliti kemudian mengembangkan sebuah metode baru untuk menghilangkan PEG dari kayu.

Peneliti menguji metode ini pada sampel kayu dari era Romawi yang telah diberi tanggal menggunakan dendrokronologi.

Teknik tersebut berhasil, sehingga mereka menerapkannya pada sampel dari bangkai kapal Kyrenia.

Tidak hanya itu, agar semakin yakin, para peneliti juga melacak usia sepotong kayu dari bangkai kapal yang masih belum tersentuh bahan lain serta telah disimpan di museum.

Misteri tahun kapal karam terungkap

Analisis menunjukkan, kayu yang digunakan untuk memproduksi kapal berasal dari pohon yang tumbuh pada akhir abad keempat SM.

Pohon-pohon tersebut kemungkinan ditebang sekitar tahun 355 hingga 291 SM.

Para peneliti juga menganalisis beberapa kacang almon segar yang tenggelam bersama kapal, serta sepotong tulang dari domba atau kambing.

Dengan menggunakan pemodelan statistik, mereka dapat menentukan bahwa kapal tersebut kemungkinan tenggelam antara tahun 286 hingga 272 SM.

Dilansir dari laman Archaeology Magazine, Selasa, peneliti menilai, kemungkinan kapal melakukan pelayaran terakhirnya sekitar tahun 280 SM.

Penanggalan ini setidaknya satu dekade lebih lambat dari yang ditunjukkan oleh penelitian sebelumnya.

Selama penelitian, mereka juga menemukan dan mengoreksi perbedaan dalam standar ilmiah yang digunakan peneliti saat menganalisis kayu tua.

Itulah mengapa hasil penelitian tersebut memiliki implikasi yang lebih luas untuk studi bangkai kapal kuno lainnya.

Terpisah, klasikis dari University of Manitoba, Kanada, Mark Lawall mengungkapkan, terdapat sejumlah alasan mengapa sebagian peneliti baru berhasil menentukan umur sebuah kapal kuno.

Menurut dia, bidang penanggalan radiokarbon dan dendrokronologi saat ini telah berkembang, lebih maju, sehingga menyempurnakan hasil penelitian selama beberapa dekade.

"Sains berkembang seiring waktu melalui banyak kerja keras. Butuh waktu, dan memang butuh waktu," imbuhnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/07/04/210000365/ditemukan-pada-1965-misteri-bangkai-kapal-mediterania-akhirnya-terungkap