Harga Minyak Tinggi Lagi, Pemerintah Was-was..

Jakarta, Kumpulan berita terkini mengutip laporan - Pemerintah mulai merasakan ketidaknyamanan-nya atas naiknya harga minyak mentah dunia. Pada Kamis (7/9/2023) lalu, minyak mentah dunia sempat berada di kisaran US$ 90 per barel, meskipun pada perdagangan hari Jumat ini dibuka turun 0,14% ke posisi US$89,79 per barel (brent).

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, pemerintah tidak nyaman bila harga minyak sangat tinggi, apalagi kalau sampai di atas US$ 100 per barel.

Dia beralasan, ini tak lain karena Indonesia merupakan net importir minyak. "Sebetulnya kita itu nggak terlalu nyaman ya, dengan sangat tinggi (harga minyak global), sampai di atas US$ 100 itu nggak terlalu nyaman memang. Itu betul memang bisa tinggi," tuturnya saat ditemui di sela Indonesia Sustainability Forum (ISF) di Jakarta, dikutip Jumat (8/9/2023).

Dia menjelaskan, Indonesia mengimpor Bahan Bakar Minyak (BBM) sekitar 35% dari kebutuhan harian 1,3-1,4 juta barel. Belum lagi impor minyak mentah. "Kan kita itu produksi dari kilang kita, yang dihasilkan dari crude oil, gabungan dari dalam negeri dan impor itu hanya 52% lah, nambah 35% dari import fuel," lanjutnya.

Namun demikian, beban impor BBM ini bisa ditekan karena adanya program pencampuran biodiesel 35% (B35) pada minyak diesel. Dia menyebut, adanya pencampuran biodiesel ini bisa berkontribusi pada pengurangan impor BBM sekitar 13%.

"FAME (Fatty Acid Methyl Esters/biodiesel) itu kurang lebih 13% kontribusinya. Jadi membantu ya, biodiesel. Membantu mengurangi impor bahan bakar. Itu kan kalau harga minyak naik, seharusnya kan mempengaruhi, baik impor crude maupun BBM. Itu masalahnya," tuturnya.

Oleh karena itu, menurutnya pemerintah terus memantau pergerakan harga minyak dunia. Meskipun, volatilitas harga minyak tidak bisa diprediksi. "Kita amati terus, karena tiap kali ada, kita hitung lagi, dan seterusnya. Tapi harga minyak itu kan nggak bisa kita prediksi naik terus, bisa turun," ujarnya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa pemerintah dan DPR dalam rapat panitia kerja RAPBN 2024 telah memutuskan untuk menaikkan asumsi harga minyak mentah Indonesia. Ini akibat melonjaknya harga minyak dunia beberapa waktu terakhir.

Mulanya, harga minyak mentah Indonesia atau ICP dalam RAPBN 2024 dipatok di level US$ 80 per barel, namun kini menjadi US$ 82 per barel. Kondisi ini menurut Sri Mulyani disebabkan harga minyak yang kini terus naik hingga di kisaran US$ 90 per barel akibat keputusan Arab Saudi dan Rusia yang mau membatasi produksi.

"Dari asumsi makro 2024 yang berubah adalah ICP yang naik dari US$80 ke US$82. Seperti kami sampaikan tadi beberapa minggu terakhir harga minyak melonjak bahkan sekarang naik di sekitar US$90," kata Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR, Jakarta, Kamis (7/9/2023).

Sri Mulyani menjelaskan, melonjaknya harga minyak dunia disebabkan keputusan produsen minyak utama dunia, yakni Arab Saudi dan Rusia yang telah mengumumkan akan menahan produksi hingga Desember 2023. "Sehingga memasuki winter dengan jumlah produksi yang tertahan," tegasnya.

Gegara Ini Pemerintah RI Was-was, Menteri Jokowi Sebut Ngeri!

https://www.cnbcindonesia.com/news/20230908101458-4-470650/harga-minyak-tinggi-lagi-pemerintah-was-was