Awas, Terlalu Lama Main Gawai Picu Tantrum pada Anak

Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Durasi bermain gadget atau gawai ternyata dapat memengaruhi perilaku anak. Salah satunya, perilaku negatif seperti tantrum atau ledakan rasa frustrasi anak.

Anggota Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia Dr. dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp.A(K) menyebutkan, secara umum dampaknya meningkat jika anak bermain gawai lebih dari 20 menit.

"Anak yang menonton atau mendapatkan paparan gadget lebih dari 20 menit, 66 persen mengalami tempered tantrum, karena penggunaan atau paparan gadget terlalu lama akan mengubah perilaku menjadi negatif," kata dokter yang akrab disapa Trisna dalam diskusi daring, Selasa (23/4/2024), seperti dilansir dari Antara.?

Ketika mengalami tantrum, 86 persen anak akan menangis, 40 persen anak berteriak, dan 13 persennya merengek.

Orangtua perlu mengenali perilaku tantrum berat, yakni sering terjadi dan berlangsung lama. Jika ini dialami anak, waspadai adanya indikasi masalah internalisasi dalam mengelola emosi dan eksternalisasi dalam bersikap kepada orang lain.

Pada kondisi tersebut, orangtua disarankan membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk menjalani pemeriksaan jika tantrum terjadi telebih dari 15 menit n dalebih dari lima kali dalam sehari, anak melukai diri sendiri dan orang lain saat tantrum, serta anak menunjukkan suasana hati yang tidak segera kembali normal setelah tantrum???????.

"Periksa anamnesis, apakah sakit atau infeksi atau gangguan tumbuh kembang, keterlambatan bicara, skrining pendengaran. Kalau lebih lanjut cek laboratorium untuk dilihat adanya kelebihan timbal dan ada gangguan perilaku abnormal," ucapnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa seorang anak bisa tantrum karena ada perubahan mendadak terhadap aktivitas yang disukainya. Dalam hal ini, misalnya ketika orangtua mengambil paksa gadget ketika anak sedang asyik memainkannya.?

Kendati demikian, tantrum bisa jadi tidak dipicu oleh satu faktor saja. Kondisi seperti infeksi, gangguan tidur, lelah, atau lapar juga bisa menyebabkan tantrum. Apalagi, jika anak masih sangat kecil sehingga belum mampu mengungkapkan rasa frustrasinya.

Kendati demikian, tantrum merupakan bagian dari perkembangan emosional anak, sehingga bisa berkurang seiring dengan bertumbuhnya usia anak.

Namun, jika perilaku tersebut masih berlanjut ketika anak bertambah usia, maka perlu dikonsultasikan dengan dokter dan diintervensi.

Orangtua pun diimbau memahami tahapan perkembangan emosional anak berdasarkan usia.

Misalnya, ketika menginjak usia 15 bulan seharusnya anak sudah mulai bisa merasakan kesedihan dan emosi orang lain, sementara pada usia 22 bulan sudah bisa menentang jika dilarang, serta pada usia dua tahun sudah mulai bisa mengendalikan emosi.

"Usia tiga tahun sudah bisa berbagi dengan orang lain tanpa diminta, empat tahun sudah bisa menunjukkan rasa bahagia, takut, marah, karena perkembangan emosional sudah terbentuk dengan baik," katanya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/04/24/060800720/awas-terlalu-lama-main-gawai-picu-tantrum-pada-anak