Tahan Letusan Krakatau, Ini Rahasia Konstruksi Gereja Sion Jakarta
13-November-24, 22:22JAKARTA,salah satu media informasi.- Tahukah Anda bahwa gereja tertua di Jakarta memiliki konstruksi tahan bencana alam, mulai dari gempa bumi hingga letusan gunung Krakatau?
Adalah Gerejo Sion di Jakarta Barat yang didirikan sejak tahun 1693 oleh arsitek bernama Ewout Verhagen.
Gereja tersebut masih digunakan hingga saat ini dan telah menjadi salah satu Situs Cagar Budaya Jakarta.
Gereja Sion memiliki struktur yang kokoh karena ditopang 10.000 kayu dolken bulat sebagai fondasi bangunan. Puluhan ribu kayu ini berfungsi sebagai pasak bumi untuk konstruksi zaman modern.
Berkat fondasi dari kayu dolken, gereja tua tersebut tahan terhadap gempa bumi dan letusan besar gunung Krakatau pada Agustus 1883 yang menjalar sampai ke Australia Selatan, Sri Lanka, dan Filipina.
Alih-alih roboh, Gereja Sion tak sedikit pun mengalami retakan.Gereja ini memiliki ciri khas gaya Romanesque, yang terlihat pada pilar-pilar dengan busur melengkung di pintu masuk bangunan ini.
Pada masa pemerintahan VOC, tempat peribadatan ini juga dikenal dengan nama Gereja Portugis.
Dibangun untuk mengenang para mantan budak Portugis yang dibebaskan VOC dari Kesultanan Malaka.
Karakteristik arsitektur Portugis adalah bentuk denah bangunan yang dirancang sederhana, persegi panjang layaknya aula atau bangsal.
Ciri khas lain dari gereja ini adalah ornamen mimbar dan orgel pipa bergaya Baroque yang dikenal memiliki bentuk-bentuk dramatis.
Tak hanya itu, interior Gereja Sion juga dihiasi ukiran secara intensif termasuk mimbar berbentuk cawan dan lantai gereja tersusun dari ubin granit berwarna keabuan.
Terdapat jendela lengkung antik dengan tinggi kurang lebih tiga meter dan pintu- pintu gerbang gereja dengan tiang antik bergaya Yunani.
Bentuk bangunan segi empat memiliki ruang tambahan yang juga berbentuk sama, tempat dewan gereja berkumpul.
Di bagian pintu barat gereja terdapat 11 makam yang nisannya dipasang horizontal. Di atas bangunan, terdapat kanopi berukuran besar dengan bentuk atap menyerupai mahkota.
Sementara di bawah kanopi ada mimbar bergaya Baroque yang hampir serupa dengan mimbar Gereja Katedral.
Ada enam tiang besar menopang langit-langit yang berbentuk lengkungan dan empat kandelar kuningan.
Kandil yang dulunya dipasang untuk lilin, kini digantikan lampu bohlam. Konon, semua kandelar langsung dipesan dari India dengan lambang singa, perisai, dan pedang sebagai lambang Kota Batavia kala itu.