Cerita Konselor di Cianjur Tangani Anak Korban Kekerasan Seksual
13-November-24, 21:36Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Sri Tedjaningsih masih mengingat, bagaimana tiga anak korban kekerasan seksual mengalami depresi.
Mereka trauma, bahkan ada yang mencoba bunuh diri dengan menyayat tangannya. Beruntung, mereka masih bisa diselamatkan.
"Ada tiga yang mengalami depresi di awal pascakejadian, dan sebelum mendapatkan pendampingan psikologis," kata perempuan yang dipanggil Tedja saat berbincang dengan reporter media nasional yang mempublikasikan, sebagaimana disebutkan oleh kumpulan berita terkini di kantornya, Sabtu (2/11/2024).
Sri Tedjaningsih merupakan seorang konselor psikologi dari Perkumpulan Pengacara Perlindungan Perempuan, Anak, dan Keluarga (P4AK) Cianjur. Ia beberapa kali menangani kasus kekerasan seksual pada anak.
Tak hanya secara fisik, anak yang menjadi korban pelecehan juga mengalami guncangan mental dan efek traumatis berkepanjangan.
Seperti cerita tiga anak tadi, saat ini para korban sedang berjuang untuk pulih dari trauma yang dialami.
"Perlahan kepercayaan diri para korban tumbuh kembali, meskipun proses bimbingan dan konselingnya cukup panjang, ya,” ujar dia.
Tedja berpendapat, trauma mendalam yang dialami anak korban kekerasan seksual dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya kurangnya dukungan moral dari lingkungan sekitar.
"Korban bahkan mendapatkan stigma dan mengalami perundungan, seperti yang kasus sama ayah kandung, korban malah dianggap anak durhaka karena telah memenjarakan ayahnya," tutur dia.
Akibatnya, situasi tersebut menimbulkan kebingungan bagi korban, di mana korban yang memberanikan diri untuk melapor justru menghadapi tekanan dari keluarga dan lingkungan sekitar.
“Termasuk juga dalam lingkungan keluarga. Di beberapa kasus, bukannya mendukung dan menguatkan korban, justru ikut menghakimi, atau ada pihak keluarga yang ingin memberikan dukungan moral tetapi bingung harus melakukannya seperti apa," ungkap Tedja.
Karena itu, dalam proses konseling, Tedja mengemukakan, tidak hanya korban yang terlibat, tetapi juga pihak orangtua dan keluarga agar tercipta kesepahaman dan sinergi dalam penanganan korban.
“Hal terpenting dalam konseling adalah menekankan kepada korban bahwa mereka adalah korban. Itulah yang pertama ditekankan dalam benak mereka supaya tumbuh kembali kepercayaan dirinya, karena kecenderungan korban yang merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri,” ujar dia.
Menurutnya, siituasi sosial seperti ini tidak bisa dibiarkan begitu saja ketika berhadapan dengan anak korban kekerasan seksual.
"Mindset masyarakat harus diubah, dan perlu ada upaya edukasi berkesninambungan dari berbagai pihak, terutama pemangku kebijakan," imbuhnya.