Rini Widyantini: Penerus Semangat Kartini dalam Birokrasi Modern
Kiprah Raden Ajeng Kartini dalam memperjuangkan emansipasi wanita terus menginspirasi hingga kini. Semangat perjuangan itu menemukan resonansi dalam diri Rini Widyantini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB), yang gigih mendorong reformasi birokrasi di Indonesia.
Rini Widyantini, dalam pernyataannya, mengungkapkan bahwa pemikiran Kartini telah mengilhami perjalanannya. Ia bertekad membuktikan bahwa kepemimpinan perempuan dapat membawa perubahan positif bagi bangsa. Baginya, emansipasi bukan sekadar kesetaraan gender, melainkan memberikan ruang seluas-luasnya bagi perempuan untuk berkontribusi dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Memulai karirnya sebagai CPNS pada tahun 1990, Rini Widyantini, wanita kelahiran Bandung, 29 Mei 1965 ini telah mengemban berbagai jabatan struktural. Pengalaman panjang di birokrasi, termasuk sebagai Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana serta Sekretaris Kemenpan-RB, menempa dirinya menjadi sosok pemimpin yang tangguh. Rini menyadari betul kompleksitas birokrasi di Indonesia dan bertekad untuk menguraikannya.
Birokrasi sebagai Instrumen Perubahan
Birokrasi, yang sering dianggap sebagai beban, justru dipandang Rini sebagai instrumen perubahan. Ia meyakini bahwa kebijakan dan pelayanan publik yang berkualitas bermula dari birokrasi yang bersih dan berintegritas. Gaya kepemimpinan yang jujur dan transparan menjadi kunci untuk menciptakan iklim birokrasi yang efektif. Bekerja dengan jujur, menurutnya, adalah wujud syukur atas kesempatan yang diberikan untuk mengabdi kepada negara.
Nilai-nilai dasar yang ditanamkan sejak kecil, seperti kejujuran, kedisiplinan, dan integritas, menjadi fondasi kuat bagi Rini. Ia percaya bahwa integritas adalah kunci untuk membentuk karakter yang kuat. Pendidikan juga memegang peranan penting dalam membentuk dirinya. Didikan disiplin di SMP dan SMA Santa Angela serta pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Padjajaran (UNPAD) telah membentuk pola pikirnya.
Ketertarikannya pada dunia hukum didorong oleh keinginannya untuk memahami bagaimana aturan membentuk masyarakat dan memengaruhi kehidupan sehari-hari. Setelah lulus dari UNPAD, Rini bergabung dengan Sekretariat Negara dan kemudian ditugaskan di Kemenpan-RB. Pada tahun 1997, ia meraih beasiswa untuk melanjutkan studi S2 di The Flinders University of South Australia dengan jurusan Public Management.
Perempuan di Puncak Birokrasi
Rini Widyantini mencatatkan sejarah sebagai perempuan pertama yang menjabat sebagai Menpan-RB. Ia menyadari bahwa posisi ini adalah puncak karier birokrasi sekaligus jabatan politik yang dinamis. Sebagai seorang perempuan, ia tidak menampik adanya pandangan meremehkan, namun ia membuktikan bahwa perempuan mampu menjalankan tugas dengan integritas tinggi. Kementerian yang dipimpinnya bertanggung jawab merumuskan dan mengoordinasikan kebijakan di bidang PANRB. Dalam menerbitkan aturan, ia selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian dan menghindari kepentingan sepihak.
Rini menekankan pentingnya kerja ikhlas dan berpesan kepada timnya untuk selalu memberikan yang terbaik. Ia menyadari bahwa perempuan yang berkarier harus siap menghadapi konsekuensi dan mampu memimpin tim dengan komunikasi yang baik dan ketegasan. Sebagai seorang ibu, istri, dan pejabat publik, Rini harus pandai mengatur waktu dan selalu bersyukur atas dukungan keluarga dan rekan kerja.
Pesan untuk Generasi Penerus
Dalam momentum Hari Kartini, Rini Widyantini mengajak seluruh perempuan untuk tidak ragu bermimpi, terutama bagi mereka yang berkarier di dunia birokrasi. Ia menekankan pentingnya idealisme, tanggung jawab, pengabdian, dan integritas. Baginya, perempuan mampu melangkah dari ruang keluarga ke ruang kabinet. Rini meyakini bahwa birokrasi profesional dan berintegritas adalah kunci pelayanan publik yang berkualitas. Semangat Kartini terus hidup dalam perjuangan Rini Widyantini untuk mewujudkan birokrasi yang lebih baik bagi Indonesia.
Dari tangannya yang kini memimpin reformasi birokrasi, Rini Widyantini berkomitmen untuk terus mendorong reformasi birokrasi yang lebih inovatif, transparan, dan berdampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat. Ia mengajak seluruh perempuan birokrat untuk tidak hanya cerdas dalam bekerja, tetapi juga bijak dalam mengambil keputusan.