Perang Tarif Trump Memicu Eksodus Investor dari Pasar Saham AS

Gelombang ketidakpastian yang dipicu oleh kebijakan tarif impor Presiden Donald Trump terhadap China dan negara lain, telah mengguncang pasar saham Amerika Serikat dan mendorong investor untuk mencari peluang di luar negeri.

Kebijakan proteksionis ini, yang semula bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri, justru menimbulkan kekhawatiran akan terganggunya rantai pasokan global dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Hal ini merusak reputasi AS sebagai tujuan investasi utama dengan menciptakan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan bisnis dan mengganggu proyeksi pertumbuhan ekonomi.

Menurut data FactSet, selama 15 tahun terakhir, indeks S&P 500 secara konsisten mengungguli indeks-indeks utama di Eropa dan Asia. Namun, tahun ini, S&P 500 mengalami penurunan 10% dan menuju bulan terburuk sejak 2022. Penurunan ini memicu kekhawatiran di kalangan investor dan memicu perdebatan tentang prospek pasar saham AS.

Arun Sai dari Pictet Asset Management berpendapat bahwa pendekatan agresif pemerintahan Trump terhadap sistem perdagangan internasional dan tatanan ekonomi global telah berkontribusi pada penurunan arus modal ke aset-aset AS. Meskipun pasar saham AS tetap menarik dalam jangka panjang, investor kini mempertimbangkan saham di luar negeri untuk diversifikasi portofolio mereka. Sai menekankan bahwa investor Eropa, misalnya, kini lebih berhati-hati dalam mengalokasikan dana ke AS.

Alessio de Longis dari Invesco menyoroti tiga faktor utama yang mendorong perubahan fokus investor dari AS ke pasar luar negeri:

  • Kemajuan AI di luar AS: Munculnya model kecerdasan buatan (AI) yang kompetitif di luar AS, seperti DeepSeek, menantang dominasi AS di bidang AI.
  • Perubahan Kebijakan Luar Negeri AS: Perubahan kebijakan luar negeri AS, terutama terkait dukungan untuk Ukraina, mendorong peningkatan belanja pertahanan di Eropa, yang berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi dan investasi di sana.
  • Kebijakan Tarif Trump: Implementasi tarif yang tidak terduga dan ancaman tarif global oleh pemerintahan Trump telah memicu investor untuk mencari alternatif di luar AS.

Survei Asosiasi Investor Individual Amerika (AAII) menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden bersikap pesimis terhadap pasar saham AS selama delapan minggu terakhir. Jason Blackwell dari Focus Wealth Partners mencatat bahwa minat klien untuk menambah alokasi saham internasional meningkat secara signifikan, didorong oleh faktor-faktor seperti kemajuan teknologi di luar AS, pertumbuhan di Eropa, tren deglobalisasi, dan kebijakan tarif Trump.

Barclays memperkirakan bahwa AS menyumbang sekitar 25% dari PDB global dan 65% dari nilai pasar saham dunia pada awal tahun ini. Namun, dominasi ini menghadapi tantangan nyata. Ajay Rajadhyaksha dari Barclays mencatat bahwa Eropa mulai mengadopsi stimulus fiskal besar-besaran, sementara China menunjukkan kemajuan teknologi yang signifikan dengan perusahaan seperti Huawei dan BYD.

Survei Bank of America menunjukkan bahwa 49% responden percaya bahwa ekonomi global sedang menuju pendaratan keras. Akibatnya, emas melonjak hampir 27% tahun ini, mencapai rekor tertinggi karena investor mencari aset yang aman. Sementara itu, dolar AS melemah secara luas, dengan Euro mencapai titik tertinggi terhadap dolar dalam lebih dari tiga tahun.

Secara keseluruhan, kebijakan tarif dan ketidakpastian ekonomi global telah mendorong investor untuk mempertimbangkan kembali alokasi aset mereka dan mencari peluang di pasar di luar AS.