Kenangan KWI: Kesederhanaan Paus Fransiskus dan Pesan Persaudaraan
Kabar duka wafatnya Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik, menyelimuti dunia. Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengenang kunjungan bersejarah Paus Fransiskus ke Indonesia pada September tahun sebelumnya, sebuah momen yang meninggalkan jejak mendalam dan inspiratif.
Ketua KWI, Mgr Antonius Subianto Bunjamin, mengungkapkan bahwa kunjungan Paus Fransiskus menyimpan banyak pelajaran berharga. Salah satu artefak yang menjadi saksi bisu kunjungan tersebut adalah prasasti bertanda tangan Paus Fransiskus yang terletak di lobi kantor KWI di Jakarta Pusat. Ukuran tanda tangan yang relatif kecil pada prasasti tersebut memiliki makna tersendiri. Menurut Mgr Antonius, hal itu mencerminkan kerendahan hati Paus Fransiskus yang selalu ingin merasa sebagai bagian dari masyarakat kecil dan tidak menonjolkan posisinya sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik. Sikap ini, lanjutnya, merupakan wujud konsistensi Paus Fransiskus dalam mempraktikkan kesederhanaan, sebuah nilai yang sangat membekas dalam ingatan KWI.
Kesederhanaan Paus Fransiskus, bukan hanya tercermin dari tanda tangannya, namun juga dari gaya hidupnya secara keseluruhan. KWI menjadikan kesederhanaan ini sebagai teladan, bahkan dalam penyelenggaraan upacara pemakaman Paus. Mgr Antonius menekankan bahwa Paus Fransiskus selalu memandang dirinya sebagai gembala umat, dan penampilannya yang sederhana selama kunjungan ke Indonesia semakin memperkuat kesan tersebut. Kesederhanaan ini, imbuhnya, melengkapi keimanan yang mendalam kepada Tuhan dan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Selain kesederhanaan, Mgr Antonius juga menyoroti momen pertemuan hangat antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal, yang juga menjabat sebagai Menteri Agama, Nasaruddin Umar. Pertemuan yang berlangsung di Masjid Istiqlal tersebut diwarnai dengan ciuman hangat antara kedua tokoh agama, sebuah simbol persaudaraan dan toleransi yang mendalam. Mgr Antonius berharap peristiwa ini dapat terus dikenang dan menjadi inspirasi bagi semangat Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia.
Lebih lanjut, Mgr Antonius mengajak seluruh masyarakat untuk meneladani semangat kesederhanaan dan cinta kasih yang diajarkan oleh Paus Fransiskus, tanpa memandang perbedaan latar belakang. Ia menekankan pentingnya meneruskan nilai-nilai Injil, cinta universal, persaudaraan, kepedulian terhadap lingkungan, serta bela rasa kepada kaum miskin dan terpinggirkan. Nilai-nilai inilah, menurutnya, yang diwariskan oleh Paus Fransiskus untuk diteruskan kepada generasi mendatang.