Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Perketat Seleksi Spesialis untuk Cegah Tindak Asusila

Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya (UB) mengambil langkah tegas menyusul mencuatnya kasus dugaan tindakan asusila yang dilakukan oleh oknum dokter terhadap pasien. Dekan FK UB, Dr. dr. Wisnu Barlianto, M.Si.Med, Sp.A(K), menegaskan bahwa institusinya berkomitmen untuk memperketat proses seleksi calon dokter spesialis guna meminimalisir potensi terjadinya pelanggaran etika dan profesionalisme di lingkungan medis.

Dr. Wisnu mengungkapkan bahwa rumah sakit, sebagai tempat pelayanan kesehatan, harus menjadi zona aman dan nyaman bagi pasien. Tindakan pelecehan seksual dalam bentuk apapun tidak dapat ditoleransi dan bertentangan dengan sumpah dokter yang telah diucapkan. Menurutnya, tenaga kesehatan memiliki kewajiban moral dan profesional untuk menjunjung tinggi etika serta melindungi pasien dari segala bentuk kerugian, termasuk pelecehan.

Untuk mengantisipasi kejadian serupa, FK UB telah menerapkan serangkaian langkah preventif dalam proses pendidikan calon dokter. Salah satu langkah krusial adalah pemeriksaan kejiwaan yang lebih komprehensif pada saat penerimaan calon dokter spesialis. Tes psikologi seperti Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) digunakan untuk menilai kepribadian dan mendeteksi potensi psikopatologi pada calon dokter. Dengan melakukan skrining yang ketat, diharapkan individu yang memiliki kecenderungan perilaku menyimpang dapat terdeteksi sejak dini dan tidak lolos menjadi dokter spesialis.

Selain pemeriksaan kejiwaan, kurikulum pendidikan kedokteran di FK UB juga menekankan pentingnya etika dan cara berinteraksi dengan pasien secara profesional. Calon dokter diajarkan untuk selalu menjaga batasan yang jelas, terutama saat melakukan pemeriksaan fisik yang melibatkan bagian tubuh sensitif. Dalam situasi seperti itu, dokter diwajibkan untuk didampingi oleh perawat sebagai saksi.

Dr. Wisnu menambahkan bahwa nilai-nilai etika terus-menerus ditekankan dalam setiap sesi perkuliahan dan pertemuan ilmiah. Bahkan, dalam acara-acara ilmiah kedokteran anak, selalu ada sesi khusus yang membahas etika profesi. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan para dokter akan pentingnya menjaga integritas dan profesionalisme dalam setiap tindakan.

FK UB berharap bahwa upaya-upaya yang dilakukan ini dapat mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan. Dr. Wisnu juga menekankan pentingnya penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku tindakan asusila sebagai efek jera. Dengan kombinasi antara pendidikan etika yang kuat, seleksi yang ketat, dan penegakan hukum yang adil, diharapkan lingkungan pelayanan kesehatan dapat menjadi tempat yang aman dan terpercaya bagi seluruh pasien.