Translokasi Unik Badak Hitam: Terbang Terbalik Demi Konservasi

Translokasi Unik Badak Hitam: Terbang Terbalik Demi Konservasi

Upaya konservasi badak hitam yang terancam punah di Afrika menghadirkan sebuah metode translokasi yang unik dan inovatif: pengangkutan udara dengan posisi terbalik. Praktik ini, yang mungkin tampak aneh bagi sebagian orang, ternyata menjadi cara yang paling efisien dan aman untuk memindahkan badak ke habitat baru mereka.

Dahulu, populasi badak hitam mencapai ratusan ribu di seluruh benua Afrika. Namun, perburuan liar yang merajalela pada abad ke-20, terutama untuk mendapatkan cula mereka, telah memusnahkan populasi badak hitam secara drastis, hingga hanya tersisa kurang dari 2.500 individu pada tahun 1990-an. Berkat upaya konservasi yang berkelanjutan, jumlah mereka kini telah meningkat menjadi sekitar 6.500 ekor. Translokasi menjadi salah satu strategi penting dalam konservasi badak, membantu menjaga keragaman genetik, mengurangi kepadatan populasi di area tertentu, dan melindungi badak dari ancaman perburuan.

Mengapa Terbang Terbalik?

Metode translokasi konvensional, seperti transportasi darat, seringkali terkendala oleh medan yang sulit, waktu tempuh yang lama, dan risiko cedera bagi hewan. Oleh karena itu, helikopter menjadi solusi yang ideal. Tim konservasi di Afrika Selatan telah menggunakan helikopter untuk mengangkut badak dari lokasi-lokasi terpencil sejak awal 2010-an. Menariknya, helikopter yang digunakan untuk translokasi badak, yaitu helikopter UH1-H Huey, dulunya digunakan oleh pemburu untuk membunuh badak pada tahun 1980-an.

Proses translokasi dimulai dengan membius badak menggunakan panah yang mengandung obat penenang. Setelah badak terbius, tim konservasi mengambil sampel darah, memasang microchip, dan memasukkan pelacak GPS ke dalam cula badak. Kemudian, empat tali diikatkan ke pergelangan kaki badak dan dihubungkan ke sebuah tali yang terpasang di helikopter. Dalam hitungan menit, badak tersebut sudah melayang di udara, tergantung terbalik.

Manfaat Posisi Terbalik

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Wildlife Diseases pada tahun 2021 mengungkapkan bahwa posisi terbalik ternyata lebih baik bagi kesehatan pernapasan badak dibandingkan posisi berbaring miring. Saat badak tergantung vertikal, gravitasi membantu meregangkan tulang belakang dan membersihkan saluran pernapasannya. Sebaliknya, saat berbaring miring, tekanan perut dapat menekan paru-paru. Selain itu, cula badak berfungsi sebagai penstabil alami yang mengurangi putaran di udara.

Translokasi dengan helikopter juga menawarkan manfaat lain. Waktu tempuh yang lebih singkat mengurangi stres dan risiko cedera bagi badak. Transportasi darat yang memakan waktu berjam-jam dapat menyebabkan kerusakan otot atau penyumbatan saluran napas.

Dampak Positif

Translokasi badak juga berperan penting dalam menjaga keragaman genetik. Di cagar alam berpagar, perkawinan sedarah menjadi ancaman. Dengan memindahkan badak ke lokasi baru, para konservasionis dapat menciptakan populasi baru yang lebih sehat dan beragam secara genetik.

Proyek Perluasan Wilayah Badak Hitam WWF Afrika Selatan telah berhasil menampung lebih dari 400 badak di 18 lokasi proyek yang berbeda. Upaya translokasi ini telah memberikan dampak positif yang signifikan terhadap populasi badak hitam di Afrika Selatan.

Berikut adalah manfaat translokasi badak:

  • Menghindari perkawinan sedarah.
  • Mengurangi kepadatan populasi.
  • Melindungi badak dari pemburu liar.
  • Memastikan keragaman genetik.

Metode translokasi badak yang unik dan inovatif ini menjadi bukti komitmen para konservasionis dalam melindungi spesies yang terancam punah ini. Dengan terus mengembangkan strategi konservasi yang efektif, kita dapat memastikan bahwa badak hitam akan terus hidup dan berkembang biak di alam liar.