Muhammadiyah Berduka: Kepergian Paus Fransiskus, Sosok Humanis dan Pembawa Perdamaian
Organisasi Islam Muhammadiyah menyampaikan rasa duka mendalam atas wafatnya Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengenang Paus Fransiskus sebagai figur yang humanis, sederhana, serta memiliki dedikasi tinggi dalam menyebarkan perdamaian di seluruh dunia.
Haedar Nashir, dalam pernyataannya, mengungkapkan bahwa pertemuannya dengan Paus Fransiskus di Vatikan pada 24 Februari 2024 lalu, memberikan kesan yang mendalam. Pertemuan tersebut terjadi dalam rangka penganugerahan Zayed Award for Human Fraternity kepada Muhammadiyah. Haedar Nashir menggambarkan Paus Fransiskus sebagai sosok yang penuh persaudaraan, penyantun, dan memiliki selera humor yang hangat. Penerimaan Paus Fransiskus saat itu sangat bersahabat dan mencerminkan komitmennya terhadap persaudaraan antarumat beragama.
"Paus Fransiskus dikenal sebagai tokoh inklusif serta menggalang semangat kemanusiaan dan perdamaian untuk semua," ujar Haedar Nashir, menekankan peran penting Paus Fransiskus dalam mempromosikan nilai-nilai universal kemanusiaan dan perdamaian.
Kepergian Paus Fransiskus merupakan kehilangan besar bagi umat Katolik dan seluruh dunia. Haedar Nashir menyampaikan bahwa umat Katolik telah kehilangan seorang tokoh dan pemimpin yang mendedikasikan hidupnya untuk kemanusiaan, toleransi, kasih sayang, serta perdamaian dunia. Ia berharap inspirasi dan jejak Paus Fransiskus dalam memperjuangkan kemanusiaan dan perdamaian dapat terus mendorong terciptanya tatanan dunia yang lebih damai dan adil.
Kabar duka ini disampaikan oleh Kardinal Kevin Ferrell, yang mengumumkan bahwa Paus Fransiskus telah berpulang ke rumah Bapa pada pukul 7.35 pagi. Kardinal Ferrell menyampaikan rasa syukur atas teladan Paus Fransiskus sebagai murid sejati Tuhan Yesus dan menyerahkan jiwanya kepada kasih Tuhan yang tak terbatas.
Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Paus Fransiskus sempat menjalani perawatan di RS Gemelli, Roma, Italia, karena mengalami kesulitan bernapas. Kondisinya kemudian memburuk, dengan bronkitis yang berkembang menjadi pneumonia ganda. Kondisi kesehatan Paus Fransiskus memang menjadi perhatian khusus, mengingat sebagian paru-parunya telah diangkat sejak usia muda, yang meningkatkan risiko masalah paru-paru kronis.
Kepergian Paus Fransiskus meninggalkan duka mendalam bagi banyak orang di seluruh dunia. Sosoknya akan selalu dikenang sebagai pemimpin yang berdedikasi, humanis, dan pembawa perdamaian. Semoga warisan nilai-nilai yang ditinggalkannya dapat terus menginspirasi dan mendorong terciptanya dunia yang lebih baik.