Paus Fransiskus Wafat: Kisah Cinta Sepak Bola dan Refleksi Kehidupan
Kabar duka menyelimuti dunia, Paus Fransiskus dikabarkan meninggal dunia pada Senin, 21 April 2025. Pemimpin umat Katolik sedunia ini menghembuskan nafas terakhir pada usia 88 tahun. Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo Vatikan, menyampaikan berita duka ini pada pukul 09.45 waktu setempat.
"Saudara-saudari terkasih, dengan kesedihan mendalam saya mengumumkan wafatnya Bapa Suci kita, Fransiskus," demikian pernyataan resmi dari Vatikan melalui saluran Telegram. "Pagi ini pukul 07.35, Uskup Roma, Fransiskus, telah kembali ke rumah Bapa. Seluruh hidupnya didedikasikan untuk pelayanan kepada Tuhan dan Gereja-Nya."
Kepergian Paus Fransiskus meninggalkan duka mendalam bagi seluruh umat Katolik di dunia. Selain dikenal karena kebijaksanaan dan kerendahan hatinya, Paus Fransiskus juga dikenal sebagai sosok yang dekat dengan dunia sepak bola. Kecintaannya pada olahraga ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dirinya.
Jauh sebelum menjadi pemimpin tertinggi Gereja Katolik, Jorge Mario Bergoglio, nama asli Paus Fransiskus, adalah seorang anak laki-laki yang tumbuh di Flores, Buenos Aires, Argentina. Di jalanan kota itu, ia sering bermain sepak bola bersama teman-temannya. Meskipun ia mengakui dirinya sebagai seorang "pata dura" (kaki kayu), istilah untuk pemain yang kurang terampil, kecintaannya pada sepak bola tak pernah pudar.
"Di Buenos Aires, orang-orang seperti saya disebut pata dura. Itu berarti memiliki dua kaki kiri," kenang Paus Fransiskus dalam sebuah wawancara. "Tapi saya tetap bermain. Sering kali saya menjadi penjaga gawang, itu juga peran yang bagus, melatih untuk menghadapi kenyataan, menghadapi masalah, mungkin kamu tidak tahu pasti dari mana bola itu datang, tapi kamu harus mencoba menangkapnya juga. Seperti yang terjadi dalam hidup."
Dalam otobiografinya yang berjudul "Spera", Paus Fransiskus berbagi kenangan manis tentang masa kecilnya, termasuk aroma piza panas setelah pertandingan dan perjalanannya ke stadion San Lorenzo, klub sepak bola kesayangannya.
"Bersama ayah dan saudara-saudara saya, Oscar dan Alberto, saya selalu pergi ke stadion. Sebelum pertandingan, kami berjalan kaki menuju stadion sambil membawa dua wadah besar dari kaca, yang sepanjang jalan kami tinggalkan di sebuah pizzeria tempat ayah berhenti untuk memesan," tulis Paus Fransiskus. "Saat pulang, kami mengambil kembali dua wadah itu, yang saat itu telah diisi dengan siput bersaus pedas, dan ditemani oleh piza panas yang dipanggang di atas batu. Jadi, apa pun hasil pertandingannya, setelahnya akan tetap menjadi pesta. Saya seakan bisa mencium aromanya, aroma piza itu: mungkin itu seperti madeleine milik saya sendiri, seperti milik Proust."
Bagi Paus Fransiskus, sepak bola bukan sekadar hiburan. Ia melihatnya sebagai refleksi dari kehidupan, dengan segala tantangan dan kegembiraannya. Ia pernah mengatakan bahwa sepak bola mengajarkan tentang kerja sama tim, sportivitas, dan kemampuan untuk bangkit dari kekalahan.
Sebagai seorang penggemar sepak bola, Paus Fransiskus juga beberapa kali bertemu dengan tokoh-tokoh terkenal di dunia sepak bola, termasuk Lionel Messi. Ia bahkan memberikan jersey tim Athletica Vaticana kepada bintang Argentina tersebut.
"Bagi saya, Messi lebih bagus dari Maradona dan Pele," ujarnya kepada seorang penggemar muda dalam acara World Youth Day pada tahun 2016. Meskipun demikian, ia juga mengingatkan agar orang tidak terlalu mengkultuskan Messi.
"Itu adalah ekspresi yang digunakan orang. Ini adalah Tuhan dengan bola di lapangan. Sebuah cara populer orang untuk berekspresi. Tentu, itu menyenangkan (melihat Messi bermain). Namun, dia bukan Tuhan," tegasnya.
Sebagai seorang Argentina, Paus Fransiskus turut merasakan kebahagiaan atas kemenangan Argentina di Piala Dunia 2022. Kardinal Leonardo Sandri mengungkapkan bahwa Paus Fransiskus adalah orang pertama yang ikut berbahagia atas kemenangan tersebut.
Kepergian Paus Fransiskus meninggalkan kenangan tentang seorang pemimpin yang bijaksana, rendah hati, dan dekat dengan masyarakat. Kecintaannya pada sepak bola menjadi bagian dari warisan yang akan selalu dikenang.