MPR RI Soroti Hambatan Pembangunan Pabrik BYD di Subang Akibat Dugaan Intimidasi Ormas

markdown Investasi strategis yang tengah berjalan di Subang, Jawa Barat, untuk pembangunan pabrik kendaraan listrik BYD, dilaporkan menghadapi kendala. Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, mengungkapkan adanya indikasi gangguan dari organisasi masyarakat (ormas) dan praktik premanisme yang menghambat kelancaran proyek tersebut. Pernyataan ini disampaikan setelah kunjungan ke fasilitas produksi BYD di Shenzhen, China, di mana Eddy Soeparno menyoroti pentingnya jaminan keamanan bagi investor di Indonesia.

"Saya mendengar adanya permasalahan terkait premanisme dan ormas yang mengganggu pembangunan sarana produksi BYD. Pemerintah perlu mengambil tindakan tegas untuk menangani masalah ini," ujar Eddy Soeparno melalui akun Instagram pribadinya. Ia menekankan bahwa segala bentuk investasi yang bertujuan meningkatkan industrialisasi, manufaktur, dan hilirisasi di Indonesia harus didukung penuh oleh pemerintah, termasuk investasi yang dilakukan oleh BYD. Kehadiran investor seharusnya disambut dengan baik dan diberikan jaminan keamanan, bukan justru dihadapkan pada hambatan yang kontraproduktif.

Eddy Soeparno berharap pabrik BYD di Indonesia dapat segera beroperasi sebelum akhir tahun ini. "Jaminan keamanan adalah hal yang paling mendasar bagi investasi untuk masuk ke Indonesia," tegasnya.

Sampai saat ini, PT BYD Motor Indonesia belum memberikan keterangan resmi terkait dugaan gangguan yang menghambat pembangunan pabrik mereka. Namun, keberadaan pabrik ini digadang-gadang akan menjadi fasilitas otomotif terbesar di ASEAN. Pabrik yang berlokasi di Fase 2 Subang Smartpolitan, Jawa Barat, memiliki luas lahan awal 108 hektare dan akan diperluas menjadi 126 hektare dengan total investasi mencapai Rp 11,7 triliun.

Menurut Liu Xueliang, General Manager BYD Asia-Pacific, pembangunan pabrik BYD di Indonesia diharapkan menjadi salah satu yang tercepat. Sebelumnya, pembangunan pabrik mobil listrik di China dan Thailand membutuhkan waktu antara 10 hingga 16 bulan. "Dengan dukungan pemerintah, kami yakin dapat menyelesaikan pembangunan pabrik dan memulai produksi komersial pada awal 2026," ungkap Liu Xueliang.

Rencananya, BYD Indonesia akan meningkatkan kapasitas produksi dari 150.000 unit per tahun dan membuka peluang untuk pengembangan fasilitas baterai serta kendaraan Plug-In Hybrid Electric Vehicle (PHEV) premium pada awal tahun depan. Peningkatan kapasitas produksi ini diharapkan dapat menyerap tenaga kerja dari 8.700 orang menjadi 18.814 orang. Pabrik yang dibangun dengan investasi Rp 11,7 triliun ini ditargetkan memulai produksi komersial pada awal 2026.