Dunia Berduka: Paus Fransiskus Wafat dalam Usia 88 Tahun
Dunia kehilangan sosok pemimpin spiritual kharismatik, Paus Fransiskus, yang dikabarkan telah menghembuskan nafas terakhir di Vatikan pada Senin (21/4) pagi waktu setempat. Kepergian Paus yang berusia 88 tahun ini meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik di seluruh dunia, sekaligus menandai akhir dari era kepemimpinan yang unik dan progresif di Vatikan.
Kabar duka ini disampaikan oleh Kardinal Kevin Farrell melalui pernyataan resmi yang disiarkan oleh saluran televisi Vatikan. Dalam pesannya, Kardinal Farrell menyatakan bahwa Paus Fransiskus telah "kembali ke pangkuan Bapa" sekitar pukul 07.35 waktu setempat.
Jejak Sejarah dan Reformasi
Paus Fransiskus, yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio di Buenos Aires, Argentina, pada 17 Desember 1936, telah menorehkan sejarah sebagai Paus pertama yang berasal dari luar Eropa dalam kurun waktu hampir 13 abad. Latar belakangnya yang bukan berasal dari tradisi Eropa memberikan perspektif baru dalam kepemimpinannya.
Dibesarkan dalam keluarga imigran Italia, Paus Fransiskus tumbuh dalam lingkungan yang kental dengan nilai-nilai Katolik. Pengalaman masa kecilnya, termasuk kisah kakek dan neneknya yang selamat dari tragedi kapal saat berimigrasi ke Argentina, turut membentuk karakter dan pandangannya.
Panggilan Jiwa dan Pengabdian
Panggilan untuk melayani Tuhan muncul dalam diri Bergoglio muda saat ia berusia 16 tahun. Pengalaman spiritual mendalam saat pengakuan dosa mengantarkannya pada keputusan untuk menjadi pastor. Ia kemudian bergabung dengan ordo Jesuit, yang dikenal dengan semangat misionarisnya yang tinggi.
Kiprahnya dalam ordo Jesuit terus menanjak, hingga pada usia 36 tahun ia dipercaya untuk memimpin ordo tersebut di Argentina. Jabatan ini diembannya hingga tahun 1979, membuktikan kemampuan kepemimpinannya yang diakui sejak usia muda.
Uskup Roma dan Semangat Persaudaraan
Puncak pengabdiannya adalah ketika ia terpilih menjadi Uskup Roma pada tahun 2013, yang menjadi dasar kepausannya. Sejak awal kepemimpinannya, Paus Fransiskus menyerukan persaudaraan dan persatuan di antara umat manusia, tanpa memandang perbedaan agama, ras, atau latar belakang.
"Marilah kita berdoa untuk seluruh dunia, agar tercipta semangat persaudaraan yang besar," demikian pesan yang kerap disampaikannya dari balkon Basilika Santo Petrus.
Semangat inklusif dan upayanya untuk membangun jembatan antar agama telah menjadikan Paus Fransiskus sebagai sosok yang dihormati dan dikagumi, tidak hanya oleh umat Katolik, tetapi juga oleh banyak orang di seluruh dunia. Kepergiannya meninggalkan kekosongan besar, namun warisan kepemimpinannya akan terus dikenang dan menginspirasi.
Selamat jalan, Bapa Suci.