Sentimen Trump-Powell Tekan Dolar AS, Rupiah Berkilau di Pasar Asia
Rupiah Berjaya di Tengah Pelemahan Dolar AS
Pagi ini, nilai tukar rupiah menunjukkan performa yang solid terhadap dolar Amerika Serikat (AS), mengikuti tren penguatan yang terjadi pada mayoritas mata uang di kawasan Asia. Pada pembukaan perdagangan, rupiah berhasil mencapai level Rp 16.806 per dolar AS, mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 70 poin atau 0,42 persen dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya.
Penguatan rupiah ini sejalan dengan pergerakan positif mata uang regional lainnya. Ringgit Malaysia tercatat menguat sebesar 0,37 persen, baht Thailand melonjak 0,72 persen, dan peso Filipina naik 0,27 persen. Won Korea Selatan juga menunjukkan performa yang baik dengan kenaikan 0,27 persen, diikuti oleh yuan China yang menguat 0,09 persen, dolar Taiwan naik 0,29 persen, yen Jepang menguat 0,34 persen, serta dolar Singapura yang memimpin penguatan dengan angka 0,99 persen.
Sentimen Negatif Trump Dorong Pelemahan Dolar
Ariston Tjendra, seorang pengamat pasar uang dan Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, menjelaskan bahwa penguatan rupiah ini tidak lepas dari sentimen negatif pasar terhadap pernyataan Presiden AS Donald Trump terkait kebijakan moneter. Trump secara terbuka meminta Federal Reserve (The Fed) untuk menurunkan suku bunga acuan, bahkan mengancam akan memberhentikan Ketua The Fed, Jerome Powell, jika permintaannya tidak dipenuhi.
Ancaman dan intervensi politik semacam ini dianggap dapat merusak independensi Bank Sentral dan berpotensi membawa dampak buruk bagi perekonomian AS. Selain itu, kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh pemerintahan Trump juga dinilai memberikan tekanan terhadap dolar AS, karena memicu kenaikan harga barang-barang konsumsi di AS.
Prospek Rupiah dan Dolar AS
Ariston memprediksi bahwa dolar AS masih akan berada di bawah tekanan pada perdagangan hari ini. Rupiah berpotensi melanjutkan penguatannya menuju kisaran Rp 16.700 per dolar AS, dengan level resistensi di sekitar Rp 16.830 per dolar AS. Sentimen pasar yang berhati-hati terhadap kebijakan dan pernyataan Presiden Trump diperkirakan akan terus memengaruhi pergerakan mata uang global, termasuk rupiah.
- Ringgit Malaysia
- Baht Thailand
- Peso Filipina
- Won Korea Selatan
- Yuan China
- Dolar Taiwan
- Yen Jepang
- Dolar Singapura