Negosiasi Gencatan Senjata Gaza Terhenti, Israel Tingkatkan Tekanan pada Hamas
Rundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas kembali menemui jalan buntu. Hamas mengisyaratkan penolakan terhadap tawaran terbaru Israel, yang berujung pada peningkatan tekanan dari pihak Israel. Situasi ini memicu kekhawatiran mendalam terkait nasib warga sipil di Jalur Gaza yang terus menderita akibat konflik berkepanjangan.
Kesepakatan gencatan senjata sebelumnya, yang dimulai pada 19 Januari, hanya bertahan selama dua bulan sebelum akhirnya gagal diperpanjang. Perbedaan pandangan mengenai tahapan gencatan senjata menjadi batu sandungan utama. Israel berkeinginan memperpanjang tahap pertama, sementara Hamas bersikeras melanjutkan ke tahap kedua sesuai dengan kesepakatan awal.
Perundingan yang difasilitasi oleh mediator internasional kembali diupayakan untuk mencapai titik temu. Hamas menyampaikan tanggapan tertulis terhadap tawaran terbaru Israel yang berdurasi 45 hari. Dalam tawaran tersebut, Israel meminta pembebasan 10 sandera yang masih hidup sebagai imbalan atas pembebasan 1.231 tahanan Palestina dan peningkatan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Namun, Hamas menolak mentah-mentah persyaratan Israel yang dianggap memberatkan. Salah satu poin krusial yang ditolak adalah tuntutan pelucutan senjata para pejuang Hamas sebagai jaminan berakhirnya perang secara total. Kepala negosiator Hamas, Khalil al-Hayya, menyebut usulan Israel sebagai "kesepakatan parsial" yang digunakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk agenda politiknya. Hamas menegaskan hanya akan menyetujui kesepakatan komprehensif yang mencakup pertukaran tahanan secara menyeluruh, penghentian perang, penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza, dan dimulainya rekonstruksi.
Sebagai respons atas penolakan tersebut, Israel meningkatkan serangan udara ke berbagai wilayah di Jalur Gaza. Serangan tersebut menargetkan Khan Younis, menyebabkan puluhan korban jiwa, termasuk wanita dan anak-anak. Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan bahwa serangan udara Israel juga menghantam tenda-tenda pengungsian, menambah penderitaan ratusan ribu pengungsi Palestina yang kehilangan tempat tinggal akibat perang.
Di tengah situasi yang semakin memburuk, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan tentang kondisi kemanusiaan yang kritis di Jalur Gaza. Blokade total yang diberlakukan Israel sejak 2 Maret telah menyebabkan kekurangan obat-obatan, makanan, dan kebutuhan pokok lainnya bagi 2,4 juta penduduk Gaza.
Netanyahu menyatakan bahwa Israel tidak memiliki pilihan selain terus berjuang hingga meraih kemenangan, meskipun perang harus dibayar mahal. Sementara itu, mediator Mesir terus berupaya menghidupkan kembali gencatan senjata yang ditangguhkan. Hamas bersikeras bahwa pembebasan sandera yang tersisa hanya akan dilakukan sebagai bagian dari kesepakatan komprehensif untuk mengakhiri perang secara permanen.
Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:
- Penolakan Hamas: Hamas menolak tawaran gencatan senjata parsial dari Israel, menuntut kesepakatan komprehensif.
- Tuntutan Israel: Israel meminta pembebasan sandera dan pelucutan senjata Hamas.
- Eskalasi Kekerasan: Israel meningkatkan serangan udara di Gaza setelah penolakan Hamas.
- Krisis Kemanusiaan: PBB memperingatkan tentang kondisi kemanusiaan yang memburuk di Gaza akibat blokade.
- Posisi Netanyahu: Netanyahu menegaskan tekad Israel untuk terus berperang hingga menang.