Kardinal Suharyo Soroti Korupsi dan Kesenjangan Sosial dalam Misa Paskah di Katedral Jakarta
Pesan Paskah Kardinal Suharyo: Korupsi Sebagai Luka Bernanah dan Kesenjangan Sosial yang Memprihatinkan
Dalam Misa Pontifikal Paskah yang khidmat di Gereja Katedral, Jakarta, Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo menyampaikan pesan mendalam yang menyoroti berbagai permasalahan sosial yang masih menghantui bangsa Indonesia. Pesan Paskah tahun ini menjadi refleksi kritis terhadap realitas kehidupan berbangsa dan bernegara, mengajak umat Katolik untuk tidak hanya merayakan kebangkitan Kristus secara seremonial, tetapi juga menghidupi nilai-nilai luhur kebangkitan dalam tindakan nyata.
Korupsi: Luka Bernanah yang Merongrong Kehidupan
Kardinal Suharyo dengan tegas mengutip pernyataan Paus Fransiskus mengenai korupsi. Menurut Paus Fransiskus, korupsi adalah "luka-luka bernanah" yang merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat. Korupsi bukan hanya sekadar pelanggaran hukum, tetapi juga dosa berat yang merongrong dasar-dasar kehidupan pribadi dan masyarakat. Kardinal Suharyo mempertanyakan moralitas para pelaku korupsi, terutama mereka yang berada di lembaga peradilan dan seharusnya menjadi wakil keadilan. Tindakan korupsi mereka mencederai kepercayaan publik dan mengkhianati nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Judi Online dan TPPO: Ancaman Nyata Bagi Masyarakat
Selain korupsi, Kardinal Suharyo juga menyoroti dampak buruk judi online yang semakin meresahkan. Banyak masyarakat yang terjerat judi online hingga kehilangan harta benda dan masa depan mereka. Kardinal Suharyo juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap masalah tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Praktik keji ini merupakan isu serius yang sering ia terima laporannya. Ia menyerukan agar seluruh elemen masyarakat bersatu padu melawan TPPO dan melindungi para korban.
Kesenjangan Sosial: Luka Kemerdekaan yang Belum Sembuh
Kardinal Suharyo juga mengutip pesan dari Menteri Agama sekaligus Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, mengenai kesenjangan sosial yang masih terasa di Indonesia. Kardinal Suharyo menggarisbawahi pentingnya memperjuangkan kebaikan bersama, sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945 dan Pancasila, khususnya sila kelima, Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ia mempertanyakan apakah kesejahteraan telah benar-benar dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Mengutip Nasaruddin Umar, Kardinal Suharyo menyebutkan bahwa di tengah perayaan kemerdekaan, masih terdapat "luka-luka kemerdekaan" akibat kesenjangan sosial yang semakin lebar antara kelompok kaya dan miskin, antara yang berkuasa dan mereka yang tidak memiliki akses atau kekuatan ekonomi. Oleh karena itu, ia mengajak umat Katolik untuk terus berbuat baik dan berkontribusi dalam mengatasi kesenjangan sosial di masyarakat.
Menghidupi Nilai Kebangkitan Kristus dalam Tindakan Nyata
Dalam semangat Paskah, Kardinal Suharyo mengajak umat Katolik untuk tidak hanya merayakan Paskah secara seremonial, tetapi juga menghidupi nilai-nilai kebangkitan Kristus dalam tindakan nyata. Ia berharap agar Kristus yang bangkit hadir dalam diri setiap umat Katolik, sehingga setiap pilihan dan tindakan mereka senantiasa diinspirasi oleh nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan kasih.
Dengan pesan Paskah yang mendalam ini, Kardinal Suharyo mengajak seluruh umat Katolik dan seluruh masyarakat Indonesia untuk bersama-sama merenungkan realitas kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mengambil bagian aktif dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial yang ada. Semangat Paskah harus menjadi momentum untuk memperbarui diri, memperkuat solidaritas, dan berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera bagi seluruh rakyat.